WahanaNews.co | Kecepatan dan tingkat misinformasi dan disinformasi yang beredar
di arena publik telah mencapai level Infodemik.
Peran para praktisi Kehumasan atau Public Relations (PR) diperlukan untuk
memandu komunikasi publik agar bisa membantu mengurangi kepanikan massal yang
terjadi di masyarakat.
Baca Juga:
Pemprov Jateng Bentuk Posko Desk Pilkada Pantau Kerawanan dan Jaga Kondusifitas
Infodemik adalah kondisi di mana
terlalu banyak informasi menyebar dengan cepat namun tidak akurat dan cenderung
negatif.
"Infodemik ini bisa lebih berbahaya
daripada pandemik. Bahayanya adalah kepanikan massal yang tidak perlu, sehingga
pada akhirnya merugikan kita sendiri. Jadi ada panic buying terhadap masker, vitamin, oksigen. Barang menjadi
langka dan harga meningkat tajam," kata Jojo S Nugroho, Ketua Umum Asosiasi
Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI).
Hal tersebut diungkapkan Jojo usai penganugerahan
penghargaan Tokoh PR Berpengaruh dari MAW Talks Awards secara daring, Jumat
(9/7/2021).
Baca Juga:
Masinton Pasaribu Polisikan Wakil Ketua DPRD Tapteng Soal Tuduhan Kancing Baju Copot
Menurutnya, kondisi saat ini
masyarakat justru butuh kewarasan berpikir karena kabar buruk terus melanda.
Angka korban Covid-19 yang sebelumnya
terlihat sebagai angka statistik kini menjadi lebih nyata dan relevan karena
yang wafat kini adalah orang-orang terdekat.
Perasaan gelisah dan takut ditambah
ketidaktahuan harus melakukan apa dan dengan cara apa, diperparah dengan asupan
informasi salah dan negatif yang membeludak.