WahanaNews.co | Penumpang penerbangan United Airlines dari Orlando ke
Los Angeles (AS), semalam, panik saat seorang
pria meninggal karena virus Corona.
Penumpang di kabin yang penuh sesak itu panik saat drama terjadi di depan mereka.
Baca Juga:
GIAMM Desak Pemerintah Terapkan Tarif Balasan terhadap AS
Paramedis berusaha melakukan upaya penyelamatan, namun penumpang tadi dinyatakan meninggal, tak lama setelah pendaratan darurat di New Orleans.
Dikutip dari DailyMail,
Minggu (20 Desember 2020),
petugas medis yang diizinkan naik ke pesawat setelah pendaratan darurat sudah berusaha menyelamatkannya.
Terungkap,
istri penumpang yang terinfeksi Covid-19 itu terdengar
berbicara dengan sesama
penumpang, dan
mengatakan bahwa suaminya menunjukkan gejala Covid-19 dalam seminggu
terakhir, di antaranya kehilangan indra perasa dan penciuman.
Baca Juga:
Dampak Kebijakan Trump di Sektor Teknologi: Saham Rontok, Perusahaan Besar Terpukul
Dalam insiden yang terasa mengerikan
bagi penumpang lain itu,
pria tersebut diketahui terlihat gemetar
dan berkeringat,
serta kesulitan bernapas,
bahkan sejak sebelum
penerbangan lepas landas.
Saat pesawat mengudara, kondisinya memburuk dengan cepat, dan kapten mengambil keputusan untuk melakukan
pendaratan darurat,
agar penumpang tersebut mendapat perawatan medis.
Awalnya, lebih
dari satu jam setelah penerbangan, penumpang yang duduk di kursi 28D dilaporkan berhenti bernapas.
Kru bertanya,
apakah ada dokter dalam penerbangan saat itu, dan sejumlah orang bangkit untuk membantu.
Beberapa pihak merinci
bagaimana selama CPR, tulang korban terdengar retak saat kompresi dada
dilakukan,
sebelum kemudian tubuhnya terlihat mulai membiru.
Ini diungkap Tony Aldapa, salah satu penumpang yang ikut membantu melakukan CPR.
"Aku bangkit dari tempat duduk, dan kukatakan aku tahu CPR. Aku menawarkan bantuan
kompresi dada. Aku membantu,
sampai kru bantuan tiba sekitar 45 menit kemudian," katanya.
"Kami melakukan kompresi dada, dan mereka memasang masker oksigen. Kemudian
kami menggunakan ambu-bag yang kami
gunakan untuk bernafas," lanjutnya.
Dalam cuitan di Twitter,
Aldapa menjelaskan mengapa dirinya memutuskan untuk membantu.
"Aku tahu risikonya,
tapi aku berbicara dengan istrinya dan dia tidak pernah menyebut suaminya
positif, meski memang dijadwalkan akan menjalani tes di LA," kata Aldapa.
Menurutnya,
hingga kini dirinya tak merasakan gejala apa pun.
Kepada DailyMail.com,
United Airlines mengonfirmasi telah
dihubungi Centers for Disease Control (CDC), dan diberitahu bahwa pria itu memang mengidap virus Corona.
"Penerbangan kami dialihkan ke New Orleans karena keadaan darurat
medis,
dan paramedis mengangkut penumpang itu
ke
rumah sakit setempat,
di mana orang tersebut dinyatakan meninggal. Kami menyampaikan belasungkawa
yang tulus."
"Pada saat pengalihan, kami diberitahu dia mengalami serangan jantung, jadi penumpang diberi
opsi untuk mengambil penerbangan selanjutnya atau melanjutkan rencana
perjalanan mereka."
"CDC menghubungi,
dankami memberikan informasi yang diminta, sehingga mereka dapat bekerja dengan pejabat
kesehatan setempat untuk melakukan penjangkauan bagi yang berisiko terpapar
atau terinfeksi."
Dikatakan,
kesehatan dan keselamatan karyawan serta penumpang tetap menjadi prioritas
tertinggi.
"Itulah sebabnya kami memiliki berbagai kebijakan dan prosedur, seperti wajib masker dan memastikan mereka memenuhi
syarat layak terbang,
sebelum kami membenarkan mereka memang bebas Covid dalam 14 hari terakhir dan
tidak memiliki gejala terkait Corona."
Sementara itu, sejumlah penumpang melampiaskan rasa frustrasinya pada pihak maskapai
penerbangan di media sosial.
"Aku ingin bertanya bagaimana bisa kalian membiarkan pria
yang positif Covid-19 dalam
penerbanganku tadi malam?"
"Dia gemetar dan berkeringat saat naik pesawat. Dia jelas sakit
dan kemudian meninggal di tengah penerbangan. Kami melakukan pendaratan darurat
di New Orleans dan kami bahkan tidak bertukar pesawat setelah itu."
Demikian ungkap seorang penumpang perempuan. Ia melanjutkan, "Kami
semua duduk di sana selama berjam-jam menunggu, sementara kalian membersihkan darah dan kuman dengan
tisu basah. Apakah ini cara kalian menangani keselamatan dan kesehatan orang
lain?"
Dia mengatakan,
klaim maskapai bahwa mereka percaya pria dimaksud
mengalami
serangan jantung,
terdengar "menggelikan".
"Tak pernah ada penyebutan kami mengalihkan penerbangan karena
alasan serangan jantung."
"Semua orang tahu,
ini terkait Covid,
karena sang istri menyampaikan informasi medisnya. Dia positif dan bergejala
Covid selama lebih dari seminggu. Mereka menutupi fakta itu, dan menangani situasi dengan buruk."
Wanita lainnya,
bernama Shay,
juga mencuitkan kemarahan dan menuduh
pihak maskapai gagal memastikan rekam medis penumpang sebelum naik. Kritik juga
dialamatkan pada pasangan suami-istri
tersebut.
"Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah meminta manifes penumpang, agar penumpang lain dapat diberitahu bahwa mereka
kemungkinan telah terpapar,"
kata Juru
Bicara,
Charles Hobart.
CDC mengumpulkan informasi untuk memutuskan apakah tindakan
kesehatan lebih lanjut telah sesuai.
"Selain
itu, empat pramugari dikarantina selama dua minggu setelah tiba di Los Angeles, sesuai pedoman tertulis," ungkap Taylor
Garland, Juru
Bicara Asosiasi Pramugari.
Laporan menyebut,
penumpang pria yang mendapat serangan dalam pesawat itu dibawa ke rumah sakit di New Orleans, di mana dia dinyatakan meninggal.
Hobart mengatakan,
United awalnya diberitahu penumpang tersebut meninggal karena serangan jantung, sehingga
penumpang diizinkan untuk tetap di pesawat dan menuntaskan penerbangan ke Los
Angeles atau mengambil penerbangan selanjutnya.
Maskapai mengatakan,
semua penumpang tetap di pesawat. Namun, fakta lainnya terungkap bahwa pria tadi ternyata
terpapar
Covid-19. [dhn]