WAHANANEWS.CO - Selama ini, norma gender tradisional menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama, sementara perempuan diharapkan mengelola rumah tangga.
Namun, kini Indonesia mulai menyaksikan perubahan peran tersebut, dengan semakin banyak perempuan yang menjadi penopang utama ekonomi keluarga.
Baca Juga:
Hanyut 4 Hari di Sungai Simambali, Seorang Perempuan di Nias Ditemukan Tewas Mengapung
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, sekitar 14,37 persen atau satu dari sepuluh perempuan pekerja di Indonesia tergolong sebagai female breadwinners. Istilah ini merujuk pada perempuan yang menjadi penyokong finansial utama dalam rumah tangga, baik sebagai satu-satunya sumber penghasilan maupun kontributor terbesar.
“Tren ini dipengaruhi oleh meningkatnya tingkat pendidikan perempuan, perubahan struktur keluarga, serta kebutuhan ekonomi yang semakin besar,” tulis BPS dalam laporannya.
Kontribusi finansial dari kelompok ini tergolong besar. Hampir setengah dari female breadwinners menyumbang antara 90 hingga 100 persen dari total pendapatan rumah tangga.
Baca Juga:
Aksi Perampokan Rumah di Depok, Pria Perkosa Pemilik Ancam Pakai Kapak
Meski sebagian besar tinggal di daerah perkotaan dan hanya memiliki pendidikan dasar, peran mereka sangat signifikan, terutama di wilayah seperti DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Sulawesi Utara yang mencatat persentase tertinggi.
Kelompok ini umumnya berada dalam usia produktif, yakni 20–59 tahun, meski tak sedikit juga berasal dari kalangan lanjut usia. Menariknya, mayoritas dari mereka berstatus menikah dan masih memiliki pasangan sebagai kepala keluarga.
Dalam laporan juga disebutkan bahwa, “Tidak hanya bekerja untuk kebutuhan sendiri, mereka juga menanggung kebutuhan anggota keluarga lainnya.”
Fenomena ini bukan semata karena kondisi ekonomi yang sulit, tetapi juga demi kestabilan keuangan keluarga, pembiayaan pendidikan anak, serta peningkatan kualitas hidup. Bahkan, penelitian pada 2004 mengungkapkan bahwa banyak perempuan dalam peran ini memiliki pasangan dengan pendapatan yang tidak menentu.
Meskipun berperan sebagai pencari nafkah, perempuan tetap memikul tanggung jawab domestik.
Mereka harus mengurus rumah, merawat anak, dan sekaligus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Laporan BPS menyatakan bahwa, “Di dunia kerja mereka harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang cukup guna memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.”
Tanggung jawab ganda tersebut membuat female breadwinners rentan mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental. Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kenyataan yang mereka hadapi dengan komitmen global dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]