Mereka membuka usaha karena sudah
tidak lagi bekerja di restoran dan berbisnis demi bertahan hidup.
"Ada juga saya diajak, datang
saja Pak ke tempat saya, sekarang jual nasi goreng. Memang masih kecil-kecil, tapi mereka bisa makan dari hasil jualan di hari itu, jadi nggak
usah mencari (kerja) lagi," katanya.
Baca Juga:
Pengamat CITA: Kenaikan Tarif Pajak Hiburan 40-75% Berdampak Signifikan pada Konsumen
Emil bilang, banyaknya
pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) itu karena
pelaku usaha sudah tidak kuat lagi menahan beban biaya pegawai.
Demi bisa bertahan, banyak pelaku
usaha restoran yang akhirnya memilih menutup banyak gerai dan membuka sebagian
restoran yang dinilai paling prospek.
"Ada beberapa teman, awalnya punya 22 restoran, sekarang tinggal 11 restoran. Ada yang
mulanya 25 restoran, sekarang 8 restoran, banyak yang menurunkan. Karena susah
nggak ada pengunjungnya, menu dikurangi, orang atau pegawai juga dikurangi,
nggak bisa kalau nggak dikurangi," jelas Emil. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.