"Ide awalnya itu saat mau pengusulan proposal PKM itu sudah pandemi, salah satu gejalanya ada batuk, dan dari rekan kami kalau dia batuk dia makannya bawang merah mentah saja dipotong. Sedangkan kekurangan dari bawang merah yang tidak diapa-apain itu dari rasanya dan baunya yang tidak enak. Dari dua kekurangan itu kami berinovasi bagaimana agar bawang itu dapat dikonsumsi oleh masyarakat lainnya, makanya kami berinovasi mengubah bawang merah dijadikan ekstrak dan kemudian dijadikan permen," ucap mahasiswi semester tujuh ini.
Baca Juga:
Beda Dengan Jakarta, Pemkab Tangerang Masih Tunda PTM
Dia menjelaskan, proses pembuatan permenAnti Coronayang memiliki singkatan anti cough from onion ini dimulai dari mendapatkan zat aktif dalam bawang merah tersebut. Prosesnya dimulai dengan pemotongan bawang merah hingga dimasukkan kedalam lemari pengering.
Baca Juga:
Hindari Polemik, Keluarga Ungkap Kronologi Dokter di Sulsel Meninggal Usai Divaksin Booster
"Di lemari pengering sekitar dua sampai tiga hari, setelah itu dihaluskan, setelah dihaluskan kami melakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan zat aktifnya. Jadi serbuk yang sidah dihaluskan itu direndam dengan pelarut yang sesuai, setelah itu ditunggu lima sampai tujuh hari. Setelah itu dilakukan proses evakurasi, dalam alat itu kita memisahkan antara pelarutnya dengan ekstrak kentalnya. Ekstrak kental itu yang merupakan zat aktif dari permen ini," jelasnya.
Dalam uji coba yang dilakukan, dia mengungkapkan jika timnya yang terdiri dari Ryan Wody Prawidasary, Aldy Tri Renaldy, Angelia Yuliana Safitri, dan Uzma Eliyanti selalu mengalami kesulitan pada saat memformulasikan ekstrak bawang tersebut dengan bahan pembuat permen.