WahanaNews.co, Jakarta - Seorang wanita berusia 50 tahun dari Toronto, Kanada, mengalami kondisi aneh yang membuatnya berkali-kali dirujuk ke klinik gawat darurat.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dia tujuh kali datang ke UGD dengan gejala seperti keracunan alkohol, padahal dia mengaku tidak mengonsumsi minuman beralkohol sama sekali karena keyakinan agamanya.
Baca Juga:
Gegara Pengaruh Alkohol Pria di Serang Pukuli Ponakan hingga Tewas
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, wanita tersebut didiagnosis mengidap Auto-Brewery Syndrome, sebuah kondisi langka di mana tubuhnya memproduksi alkohol secara alami meskipun tidak mengonsumsinya.
Sebelum berhenti minum alkohol, dia memang pernah mengonsumsi segelas anggur di hari libur yang membuatnya mengalami infeksi saluran kemih dan penyakit refluks.
Selama dua tahun terakhir, wanita ini kerap merasa mengantuk berlebihan, hingga tertidur saat bekerja atau memasak.
Baca Juga:
Sistem Kelistrikan Sumsel, Jambi, dan Bengkulu Sedang dalam Penormalan, Ini Kata PLN
Dia memeriksakan diri dengan keluhan lesu, bicara tidak jelas, napas bau alkohol, dan kurang nafsu makan.
Saat diperiksa, kadar alkoholnya mencapai 39-62 mmol/L, jauh lebih tinggi dari kadar normal kurang dari 2 mmol/L.
Setelah berkonsultasi dengan psikiater dan dipastikan tidak mengalami gangguan penggunaan alkohol, dia didiagnosis mengidap Auto-Brewery Syndrome.
Untuk mengatasi kondisinya, wanita ini menjalani diet rendah karbohidrat, mengonsumsi obat antijamur dan probiotik, serta menjalani prosedur medis lainnya.
Setelah perawatan, gangguan yang dialaminya pun mereda, dan kadar alkohol dalam tubuhnya kembali normal.
Auto-Brewery Syndrome
Meski tidak mengonsumsi minuman beralkohol, seorang perempuan asal Kanada mengidap kondisi langka yang membuat tubuhnya mampu memproduksi alkohol secara otomatis. Kondisi ini dikenal sebagai Auto-Brewery Syndrome atau sindrom fermentasi usus.
Dilansir CNN pada Senin (3/6/2024), Auto-Brewery Syndrome terjadi ketika bakteri dan jamur di saluran pencernaan mengubah karbohidrat dari makanan sehari-hari menjadi etanol.
Kondisi ini dipercaya terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dua spesies jamur, Saccharomyces dan Candida, di usus kecil.
Rahel Zewude, dokter penyakit menular dari Universitas Toronto, menjelaskan bahwa Auto-Brewery Syndrome membutuhkan banyak faktor risiko yang saling berinteraksi, menciptakan gangguan metabolisme sehingga muncul pada seseorang. Salah satu pemicunya adalah konsumsi minuman beralkohol.
Penderita Auto-Brewery Syndrome berisiko mengalami diabetes, penyakit hati, radang usus, dan sindrom usus pendek. Meski demikian, mereka masih dapat beraktivitas normal dan baru menyadari kondisinya saat menjalani pemeriksaan.
Zewude menambahkan, gejala Auto-Brewery Syndrome akan memburuk seiring asupan karbohidrat yang banyak, sebab tubuh membutuhkan karbohidrat untuk menghasilkan alkohol.
"Jika dia tidak makan banyak karbohidrat, gejalanya tidak terlalu buruk," ungkapnya.
Dengan kondisi langka ini, perempuan Kanada tersebut mengalami gejala seperti keracunan alkohol meski tidak mengonsumsinya, hingga akhirnya didiagnosis mengidap Auto-Brewery Syndrome.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]