WahanaNews.co | Kembali
berkuasanya Taliban di Afghanistan memicu banyak kekhawatiran, di antaranya
terkait dengan keselamatan para peneliti, ilmuwan, dan masa depan sains di
negara tersebut.
Baca Juga:
5 Alasan Ilmiah Kenapa Kita Merasa Iri pada Orang Lain
Dikutip dari ScienceMag, Selasa (24/8/2021) salah satu kisah
seorang peneliti Afghanistan ini setidaknya bisa menjadi gambaran. Khyber
Mashal, bukan nama sebenarnya, mengalami dua kali percobaan pembunuhan oleh
Taliban.
Upaya pertama adalah pada tahun 2009, ketika ilmuwan
Afghanistan sedang mengerjakan proyek pengembangan untuk Badan Pembangunan
Internasional AS di Gardez, sebuah kota di Afghanistan tenggara. Kelompok
Taliban menanam bom di bawah kantornya. Mashal selamat pada saat itu karena
sedang pergi dalam perjalanan singkat ke Jerman. Sayangnya, lima rekannya
sesama peneliti tewas dalam ledakan tersebut.
Kemudian pada Juli 2019, ketika Mashal bekerja untuk Kementerian
Pendidikan Afghanistan, seorang pengebom bunuh diri terhuyung-huyung di depan
mobilnya di Kabul. "Dia sepertinya mabuk," katanya. Lagi-lagi,
untungnya seorang petugas polisi berpikir cepat menangkap pria itu dan
melepaskan rompinya yang berisi bahan peledak. Mengapa Taliban begitu ingin
membunuhnya?
Baca Juga:
Isa Almasih Telah Resmi Jadi Yesus Kristus, Ini Bukti-bukti Arkeologisnya
"Karena mereka antisains. Orang-orang berpendidikan
menjadi sasaran karena kami telah mengubah negara dan itu mengganggu
mereka," kata Mashal.
Afiliasi masa lalunya dengan organisasi di AS membuat Mashal
lebih berisiko bahaya. Mashal juga punya rekam jejak pernah meninggalkan
Afghanistan bersama istrinya pada Desember 2020 karena mendapatkan beasiswa
pendidikan selama setahun di sebuah universitas di Jerman.
Saat ini, setelah Taliban mengambil alih Afghanistan, banyak
ilmuwan bergabung melakukan upaya eksodus keluar dari Afghanistan, dan
rekan-rekan mereka di luar negeri berusaha membantu.