WahanaNews.co | Sebagian besar dari kita pastinya pernah mengalami fase bulan madu dalam sebuah hubungan percintaan. Fase ini merupakan masa di mana hubungan dengan pasangan sedang manis-manisnya dan semua hal terlihat baik-baik saja.
Pasangan juga tak jarang menghujani kita dengan perhatian, pesan yang manis, dan kencan yang sangat romantis, serta berkesan.
Baca Juga:
NIK KTP Dicatut Dukung Dharma-Kun, Warga Jakarta Marah: Ini Lancang
Tetapi, pastikan itu tidak terlalu berlebihan karena bisa jadi perlakuan tersebut hanya manipulasi yang membawa kita pada fenomena "love bombing" yang berbahaya.
Mengenal fenomena love bombing
Love bombing merupakan fenomena ketika pasangan sering membombardir kita dengan perhatian.
Baca Juga:
7 Tanda Pasangan Sudah Tak Percaya Padamu
"Saat itulah seorang individu mengidealkan pasangannya dan menyerangnya dalam cinta dan kasih sayang yang semua tampak begitu baik," kata psikolog Jessica January Behr, PsyD.
Sementara itu, psikolog klinis Carla Marie Manly mengungkapkan bahwa love bombing adalah taktik yang membanjiri pasangan baru dengan perhatian, pujian, dan sering kali janji palsu.
"Misalnya, kita dibayari liburan dengan pasangan meskipun belum mengenal satu sama lain dengan baik atau membombardir kita dengan begitu banyak pesan, bahkan telepon yang membuat kita merasa kewalahan," terangnya.
Jenis perilaku ini juga sering dikaitkan dengan narsisme, gangguan klinis di mana seseorang memiliki minat yang berlebihan dan meningkat pada dirinya sendiri atau penampilannya.
"Harga diri narsisis sangat rendah, sehingga mengimbanginya dengan love bombing pada pasangan untuk mempertahankan harga diri," ungkap Behr.
Orang-orang yang narsis menyukai love bombing agar pasangannya tergantung secara emosional, fisik, atau finansial pada mereka.
"Orang-orang yang terlibat dalam love bombing sering melakukannya secara tidak sadar, meskipun mereka mungkin menyadari efek perilaku mereka terhadap orang lain," jelasnya.
"Seseorang yang menyukai love bombing juga kemungkinan mengalami bentuk pelecehan narsistik ini di masa kecil, di mana orangtua mengidealkan dan merendahkannya," sambung dia.
Jika perilaku ini terdengar akrab dengan hubungan kita, maka ada beberapa tanda yang bisa kita waspadai. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita ketahui tentang love bombing dan bagaimana pengaruhnya terhadap hubungan percintaan.
Tanda-tandanya
Meskipun wajar untuk menunjukkan perhatian ekstra pada pasangan di tahap awal suatu hubungan, namun perhatian yang diberikan pelaku love bombing seringkali salah dan berlebihan.
"Jenis perilaku ini adalah tanda bahaya karena sifat manipulatif dan mementingkan diri sendiri dari dinamika yang mendasarinya," tutur Manly.
Tetapi, bagaimana kita tahu jika pasangan suka melakukannya atau jika mereka hanya mencoba menunjukkan bahwa dia menyukai kita.
Nah, ada beberapa tanda yang bisa kita perhatikan seperti berikut ini.
• Terlalu banyak dan terlalu cepat memberikan sesuatu
Love bombing bisa terlihat seperti pasangan terus-menerus menawarkan hadiah mewah kepada kita, entah itu gawai atau perhiasan dan kemudian menuntutnya kembali untuk merendahkan atau menghukum kita.
Selain hadiah, pasangan yang suka love bombing juga dapat membanjiri kita dengan pernyataan romantis sebelum nantinya merendahkan kita.
• Umpan balik emosional yang tidak konsisten
Apabila pasangan kita tidak konsisten dalam memberikan kasih sayangnya, itu mungkin pertanda bahwa ada sesuatu yang terjadi.
"Jika pasangan kadang-kadang menghujani kita dengan kasih sayang dan di lain waktu merendahkan kita, itu mungkin pertanda terjadinya love bombing," jelas Behr.
"Semakin besar perbedaan antara perilaku, semakin besar kemungkinan kita berurusan dengan narsisme patologis," lanjut dia.
• Tingkat pujian yang berlebihan
Pujian adalah bagian yang sehat dari hubungan apa pun, tetapi naluri kita akan tahu kapan sesuatu menjadi berlebihan atau terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
"Meskipun normal untuk memuji pasangan baru saat suatu hubungan berkembang, love bombing berfokus untuk memberikan pujian yang berlebihan, bahkan sebelum dia cukup mengenal pasangannya," kata Manly.
Namun, love bombing tidak selalu berarti kita berurusan dengan seorang narsisis. Ini juga dapat terjadi jika seseorang kesepian atau secara alami sangat murah hati dan penuh perhatian.
Di sisi lain, Behr berpendapat bahwa kebanyakan orang memiliki ciri-ciri yang dapat dianggap narsistik, bahkan jika seseorang bukanlah seorang narsisis sejati.
"Kita semua memiliki beberapa fitur narsistik dalam kepribadian kita, jadi mungkin saja love bombing yang kita terima berasal dari fitur narsisme daripada narsisme patologis sejati," terangnya.
Hal yang harus dilakukan
Love bombing bisa berbahaya karena pada akhirnya akan membuat kita kecewa.
Menurut Behr, idealisasi dapat membawa harga diri seseorang, harapan, dan kasih sayang timbal balik ke ketinggian yang besar hanya untuk diinjak-injak oleh devaluasi.
"Ketika seseorang melakukan love bombing pada kita, maka dengan mudah dia menumbuhkan perasaan romantis untuk kita," ungkapnya.
"Tetapi, ketika cinta dan kasih sayangnya dihapus sementara cinta kita tetap sama, perasaan yang tak terbalas dapat mengakibatkan patah hati atau perasaan pengkhianatan," tambah dia.
Bagi beberapa orang, love bombing bahkan dapat menyebabkan panik, putus asa, depresi, ketakutan, dan kecemasan dalam hidup.
Jika kita curiga sedang mengalami fenomena ini, Manly menyarankan agar kita mengistirahatkan hubungan sejenak untuk mendapatkan perspektif yang lebih objektif.
"Bicaralah dengan teman tepercaya atau psikoterapis. Kemudian evaluasi hubungan tersebut dnegan membicarakan dengan pasangan tentang kekhawatiran kita," jelasnya.
Orang narsis yang kerap melakukan love bombing mungkin akan merasa terpukul dan stres ketika dihadapkan dengan kejujuran. Jadi, kita akan belajar banyak sifat pasangan dari tanggapan yang dilontarkannya.
Setelah mencoba menyampaikan kepada pasangan tentang kekhawatiran kita, itu bisa menghasilkan peningkatan dalam hubungan, tergantung pada tingkat wawasan pasangan kita.
"Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah tetap waspada terhadap fluktuasi antara idealisasi dan devaluasi. Lalu, putuskan sendiri apakah kualitas hubungan masih layak dipertahankan atau tidak," imbuh dia. [rna]