WahanaNews.co | Musim liburan serta cuti bersama belum berakhir di beberapa perusahaan setidaknya sampai tanggal 8 Mei mendatang.
Beberapa kalangan menengah ke atas banyak yang mengisi waktunya dengan melakukan hobi yang sering ditinggalkan akibat kesibukan.
Baca Juga:
Kronologi hingga Fakta Menarik di Balik Penertiban Rumah Keluarga Wanda Hamidah
Salah satunya adalah hobi berburu yang ternyata juga sangat digemari oleh Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila, KPH Japto S. Soerjosoemarno.
Menurut Japto, berburu bukan sekedar membunuh melainkan turut serta menjaga kesetabilan ekositem alam, sebagimana dikutip WahanaNews.co dari Youtube Miing Bagito Channel yang tayang sekitar 1 tahun lalu.
Hobi berburu Japto ini tentu sangat menarik. Karena, masih menjadi kegemaran yang cukup asing buat masyarakat Indonesia.
Baca Juga:
Kronologi hingga Fakta Menarik di Balik Penertiban Rumah Keluarga Wanda Hamidah
Semakin menarik lagi karena hobi ini juga digemari olehnya. Tokoh nasional, Ketua Umum MPN Pemuda Pancasila yang sudah menjabat lebih dari 4 dekade.
Kegemarannya berburu sangat jelas terlihat dimana ada banyak pajangan hewan - hewan yang diawetkan di dalam rumahnya.
Ia menyebut 99 Persen pajangan tersebut merupakan hasil buruan.
“Satu dua biji ada yang dikasih orang, iya 99,9% hasil buruan,” ujar Japto dikutip WahanaNews.co dari Youtube Miing Bagito Channel pada Rabu (4/5/2022).
Ia menilai ada pengertian yang salah tentang berburu.
“Sebetulnya Itu yang salah orang memikirkan tentang berburu, berburu itu kalau kita baca ketentuan berburu itukan, berburu itu bukan cuma nembak doang,” katanya.
“Berburu itu adalah mengambil, memindahkan dan membunuh binatang-binatang liar. Tujuan berburu itu adalah mengadakan Balencing (keseimbangan) ekosistem, konservasi, jadi kita jaga binatangnya supaya tidak punah. Kita jaga binatangnya agar tidak over populiasi,” lanjutnya.
Ia juga menjelaskan dalam berburu itu terbagi atas 2 yaitu, hauling dan harvesting.
“Jadi dalam dunia berburu itu ada 2, hauling dan harvesting. Jadi penyeimbangan dan panen. Keseimbangan itu ditentukan dengan kuota, dengan contoh diambil kalau sudah over populasi, misalnya gajah dihutan ini hanya bisa menampung 500, ternyata ada 1000, kan 500 nya harus diambil, yang 500 itu tidak harus dibunuh. Dipindahkan kehutan lain, dibuat koleksi kebun binatang.” Jelas Japto.
Berdasarkan pengalamannya berburu di beberapa negara seperti, Afrika, Amerika, New Zealand, Italy dan lainnya.
Pada kesempatan ini, ia juga mengkritik pemerintah Indonesia dalam pengelolaan hutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, seperti jumlah popolasi flora dan fauna.
Ia menilai pemerintah Indonesia hanya berfokus pada floranya dan masih kurang maksimal.
“Hanya kayu aja yang diurusin, tebang kayu jualan kayu, nahh binatangnya ini sebetulnya sumber koemersialisasi untuk mendatangkan visa,” kata Japto.
Menurutnya olahraga berburu ini punya potensi menjadi sumber komersialisasi untuk mendapatkan visa.
“Di Afrika itu rata-rata kita lihat data-datanya, 40 persen pendapatan pemerintahnya dari berburu,” kata Japto.
Ia menilai di Indonesia hutan seperti gudang.
“Hutan dibuat kaya gudang, yang dijagain pintunya, isinya kaga tau,” kata Japto.
Contohnya kata Japto, “kalau di hutan itu binatang yang paling kuat itu gajah, kalau gajah itu ribuan di satu hutan binatang lain gak makan, habis sama dia. Jadi hutan itu bisa menampung, berapa ribu gajah, berapa ekor rusa baru bisa seimbang,” ujarnya.
Lebih rincinya lagi ia menjelaskan funsi dari pengendalian populasi pada hutan.
“binatang itu dia punya teretori, kedua ada komandan dalam kelompoknya ada pemimpin jantan, dan kalau sudah tua itu harus berbagi. Ada jantan yang kuat, tetapi sudah tidak produktif. Kita ambil contoh rusa, rusa itu bisa membuai 10-30 betina dalam rombongannya.
“Jadi apa yang harus dilakukan?, tanya Japto.
“Nah, tugas orang kehutanan itu adalah survei di hutan hutan lihat binatang mana yang tidak berkembang” kata Japto
Ia menjelaskan, “dalam istilah konservasi, setiap tahun itu dia harus bertambah 70 persen dari jumlah populasi betina yang produktif, contoh jika ada 100 betina yang produktif, populasinya harus bertambah 70, jika dibawah itu berarti ada jantan yang tidak produktif, tetapi dia tidak kasih kesempatan jantan lain untuk bikin anak,” kata Japto.
“Jadi itulah yang diburu, yang tua, yang tidak produktif, atau yang cabangnya banyak,” lanjutnya.
Pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan perburuan Japto menjelasnya ada dua prinsip olahraga perburuan.
“Pemburu itu seorang konservasionis, bukan pemburu daging”. Kata Japto
“Kedua, tidak boleh berburu memakai anjing, tetapi dengan anjing boleh, conotoh berburu babi hutan, anjing hanya mengusir, babinya tetap kita tembak, karena ada kejadian binatang itu gak mati, hanya luka jadi ngamuk di kampung,” kata Japto.
Ia menjelaskan bahwa Hewan liar itu bisa di ambil, pertama untuk olaraga berburu, kedua untuk penelitian mau buat peternakan atau kebun binatang, dan ketiga buat hadiah. [rin]