Padahal ia termasuk tokoh yang mengutuk serangan 9/11 di Amerika Serikat oleh militan jihad dari al-Qaeda.
Ia juga mendukung pemberontakan pro-demokrasi terhadap para pemimpin Mesir, Libya dan Suriah selama Musim Semi Arab.
Baca Juga:
Indonesia Konsisten Dukung Upaya Perdamaian dan Rekonstruksi Gaza di KTT Sharm El-Sheikh
Al-Qaradhawi menggabungkan pendidikan agama dengan aktivisme anti-kolonial selama masa mudanya.
Aktivismenya melawan pendudukan Inggris dan kemudian, hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin menyebabkan penangkapannya beberapa kali selama tahun 1950-an.
Setelah pindah ke Qatar pada tahun 60-an, ia sangat jarang kembali ke Mesir.
Baca Juga:
Prabowo Saksikan Penandatanganan Perjanjian Perdamaian dan Penghentian Perang Gaza
Dia tidak kembali ke Mesir sampai 2011, ketika pemberontakan rakyat menggulingkan Presiden lama Hosni Mubarak.
Qaradawi, yang telah mendukung para pengunjuk rasa dalam siaran TV-nya, mengeluarkan dekrit yang melarang personel keamanan menembaki mereka.
Ia kemudian memimpin salat Jumat bagi ratusan ribu orang di Tahrir Square seminggu setelah pengunduran diri Mubarak.