Oleh
DR M SUBHAN SD
Baca Juga:
Polisi Sebut yang Laporkan Pendeta Gilbert Adalah Farhat Abbas
PADA awal kenabian, orang Quraisy menguji Nabi Muhammad SAW.
Orang Quraisy bertanya pada rabi Yahudi di
Madinah.
Baca Juga:
Bupati Bone Bolango: Idul Fitri Momentum Peningkatan Kinerja
Maklum, orang Yahudi dianggap punya pengetahuan
tentang kenabian.
Rabi Yahudi pun menitipkan "soal-soal ujian"
untuk ditanyakan kepada Muhammad.
Jika bisa menjawab, berarti kenabiannya benar.
Ada tiga pertanyaan. Salah satunya, siapa sosok
seseorang yang berkeliling ke timur dan ke barat?
Nabi berpikir keras.
Tetapi, baru 15 hari kemudian turun wahyu,
jawaban atas pertanyaan itu, "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang Zulqarnain. Katakanlah, "Akan kubacakan kepadamu kisahnya. Sungguh,
Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan jalan
kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu. Maka dia pun menempuh suatu jalan."
(QS. Al-Kahfi: 83-84).
Zulqarnain seorang pemimpin (raja) yang
melakukan ekspedisi ke barat dan timur, yang merupakan wilayah kekuasaannya.
Zulqarnain adalah "pemilik dua tanduk" (Zul
berarti pemilik dan Qarnain berarti dua tanduk, the man with the two horns).
Bisa dibayangkan helm bertanduk khas prajurit
masa kuno.
Tetapi, dua tanduk itu juga diasosiasikan
dengan dua wilayah: barat dan timur.
Ada dugaan Zulqarnain adalah Alexander Agung,
Raja Makedonia-Yunani (336-323 SM).
Wilayahnya dari barat (Eropa) hingga timur
(India).
Ada Hikayat Iskandar (The Alexander Romance)
tersebar di berbagai penjuru dunia.
Di tanah Melayu, namanya menjadi Iskandar
Zulqarnain.
Tetapi penggambaran sosok Zulqarnain dinilai
banyak tak cocok dengan Alexander (Iskandar).
Alexander digambarkan raja yang keras, walaupun
konon ia memperlakukan baik keluarga musuhnya saat istri Raja Darius III, Ratu
Sisygambis, dan keluarganya menyerah.
Tetapi tetap saja dianggap tidak cocok karena
bukan masuk kategori pemimpin beriman, meskipun berpaham monoteisme sebagaimana
gurunya, Aristoteles.
Alexander tidak tercatat membuat bangunan
tembok tinggi, seperti dilakukan Zulqarnain untuk menahan Yakjuj dan Makjuj,
suku perusak akhir zaman.
Ada raja lain yang dianggap lebih mirip yakni
Raja Persia Koresh Agung atau Cyrus the Great (590-529 SM).
Wilayah kekuasaannya juga luas.
Terbentang dari barat (posisi matahari
terbenam) di Makedonia dan Turki hingga di wilayah timur di perbatasan Mongolia
(posisi matahari terbit).
Ia digambarkan sosok yang baik.
Ketika menaklukkan kerajaan Lydia (Turki) pada
547 SM, rajanya ditawan dan dirawat baik-baik.
Saat menaklukan Neo-Babilonia tahun 539 SM,
Koresh malah disambut di pintu gerbang kota Babel.
Dia bisa beradaptasi dan menghormati tradisi
wilayah yang dikuasainya.
Ia tercatat sebagai pembebas Bani Israil (orang
Yahudi) yang ditawan Raja Neo-Babilonia Nebukadnezar II (Bukhtanasar) saat
menaklukkan Yerusalem.
Semua orang Yahudi yang ditawan di Babel,
dibebaskan dan dikembalikan ke Yerusalem.
Ia dihormati orang Yahudi sebagai penyelamat.
Koresh juga membangun kota-kota berbenteng saat
menaklukkan Asia Kecil (Turki) hingga wilayah Kaukasus (Asia Tengah), sebagai
pertahanan dari serangan suku-suku nomaden di Asia Tengah.
Apakah ini yang dimaksud benteng untuk
mengurung Yakjuj dan Makjuj?
Apakah Koresh beriman?
Koresh hidup sekitar 10 abad sebelum Islam.
Kalau konsep beriman sebagai percaya pada Tuhan
Yang Esa, Koresh adalah penganut Zarathustra atau Zoroaster atau Majusi.
Konsep ajaran ini adalah monotesime walau juga
dianggap berpaham politeisme, karena percaya Tuhan Terang dan Tuhan Gelap.
Rupanya masih ada sejumlah tokoh sejarah yang
disinyalir sebagai gambaran sosok Zulqarnain.
Di antaranya Abu Bakar Al-Himyari dari kerajaan
Tubba (periode 115 SM-552) di Yaman.
Memang banyak penafsiran. Wallahu"alam!
(M Subhan SD, Direktur
PolEtik Strategic)-qnt
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul "Zulqarnain, Alexander, dan Koresh", Klik untuk baca: www.kompas.com/ramadhan/read/2021/04/28/163037572/zulqarnain-alexander-dan-koresh