WahanaNews.co | Ribuan ekor ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Jatiluhur,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mati
mendadak.
Peristiwa
tersebut sebenarnya sudah sering terjadi, namun seakan tidak bisa diantisipasi oleh para
pemilik KJA.
Baca Juga:
5 Hektar Lahan Kering Di Purwakarta Terbakar
Sekretaris
Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta, Ade Amin, menjelaskan, penyebab kematian ikan-ikan tersebut
dipengaruhi faktor cuaca.
"Hujan
terus menerus selama beberapa hari membuat ikan kekurangan oksigen dan terjadi upwelling," katanya, Selasa (2/2/2021).
Menurut
perhitungan dinas terkait, ikan yang mati di Waduk Jatiluhur mencapai 80,5 ton sampai Minggu (31/1/2021).
Baca Juga:
Penyelesaian Kasus Tumpahan Minyak di Montara, Luhut: Kita Akan Fight At All Cost
Fakta
tersebut diungkapkan pada Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Dedi Mulyadi, yang datang ke lokasi.
Dedi
Mulyadi meminta pola penanaman ikan di KJA Waduk Jatiluhur ditata kembali mengadaptasi pola pertanian padi.
Upaya
tersebut diyakini dapat mengantisipasi kejadian serupa terus terulang setiap
tahun.
"Kayak
penanaman padi. Semua terkelola ada garis intruksinya, tidak jalan
sendiri-sendiri. Termasuk, pencegahan penyakit," ujar Dedi, dalam
keterangan persnya.
Ia pun
berencana mendatangi Direktur Perum Jasa Tirta 2 dan Menteri Kelautan dan
Perikanan untuk mendiskusikan permasalahan tersebut.
Senada
dengan pernyataan Dinas Perikanan Purwakarta, Dedi menyebut kematian massal
ikan akibat gas beracun sisa pakan yang mengendap di bawah waduk.
Menurutnya,
sisa pakan ikan yang berubah menjadi gas beracun bergerak ke atas permukaan saat curah
hujan tinggi.
Pengelola
KJA biasanya tidak memberi pakan saat hujan turun terus menerus.
Alasannya,
saat perut ikan penuh dalam kondisi air dingin dengan kandungan oksigen yang
sedikit itu berpotensi menyebabkan kematian massal ikan.
"Seharusnya
pada Januari, Februari, Maret, keramba ikan (di Jatiluhur) itu
dikosongkan," ujar Dedi, menyarankan.
Kondisi
tersebut sebetulnya sudah banyak diketahui oleh para petani KJA Waduk Jatiluhur, tapi mereka masih berspekulasi untuk memperoleh
keuntungan lantaran harga ikan tengah tinggi.
Setelah
kematian ikan massal terjadi, para petani KJA pun mengalami kerugi besar.
Bahkan,
saat Dedi menjadi Anggota DPRD Purwakarta, ia pernah mengetahui beberapa pemilik KJA
yang meninggal karena stres dan serangan jantung.
Sementara itu, bangkai ikan yang berserakan di permukaan air
dikhawatirkan mencemari udara dan air.
Setelah beberapa hari dibiarkan mengapung, masyarakat sekitar Waduk Jatiluhur mulai mencium bau busuk.
Secara terpisah, Satuan Polisi Perairan Polres Purwakarta
mengimbau kepada masyarakat untuk antisipasi pencemaran lingkungan.
"Jadi ikan-ikan yang mati jangan dibuang ke danau Jatiluhur
karena dikhawatirkan bisa mencemari air danau," kata Kapolres Purwakarta, AKBP Ali Wardana, melalui Kasatpolair, AKP Jajang Sukandar. [qnt]