WahanaNews.co | Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember KH Abdul Haris mengatakan, tidak ada yang salah jika melihat dari video yang beredar soal bacaan kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan.
Diketahui, ritual yang dilakukan kelompok tersebut di Pantai Payangan mengakibatkan 11 orang pengikutnya tewas digulung ombak tinggi baru baru ini.
Baca Juga:
Viral Duel Maut 2 Pria Bersenjata Tajam di Pinggir Jalan Gresik
"Kalau dari sisi bacaan sholawat tidak ada yang aneh, kemudian menjadi aneh ketika ritual dilaksanakan di pantai, apalagi ketika ombak besar, dan konon katanya sudah dilarang. Itu yang jadi masalah," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (15/2).
Namun ia mengaku baru mengetahui kelompok tersebut setelah tragedi maut yang terjadi di Pantai Payangan Jember pada Minggu (13/2), sehingga MUI Jember tidak punya banyak data terkait dengan ritual yang dilakukan Padepokan Tunggal Jati Nusantara.
"Kami coba menelusuri dari video yang sudah viral dan teman-teman di Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi. Dari tayangan video itu, kami menegaskan bahwa dari sisi bacaan tidak ada yang aneh," tuturnya.
Baca Juga:
Kejati Jawa Timur Tangkap Ronald Tannur di Rumahnya
Menurutnya, Pantai Payangan yang dijadikan lokasi ritual yang menjadi masalah karena seakan-akan kelompok tersebut memiliki keyakinan bahwa ritual yang dilakukan di pantai lebih bagus dibandingkan tempat yang lain.
"Padahal, sesuai ajaran agama Islam sudah jelas bahwa tempat istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala agar diberikan kemudahan dalam segala hal adalah masjid dan tempat ibadah," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya akan berkoordinasi dengan Komisi Fatwa untuk melakukan wawancara dan mencari data terkait Kelompok Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Dukuhmencek.
"Bisa jadi orang-orang di kelompok itu serius punya sesuatu yang diajarkan kepada orang lain, namun kami belum bisa menjawab hal itu, karena kami masih kumpulkan data dan informasi," pungkasnya. [bay]