WAHANANEWS.CO, Banda Aceh - Di Aceh yang sebagian wilayahnya gelap total akibat banjir dan longsor yang merobohkan 12 tower SUTT 150 kV, krisis listrik berubah menjadi krisis kemanusiaan.
PLN pun bergerak melakukan mobilisasi terbesar dalam sepuluh tahun terakhir untuk membawa personel, material, dan tower emergency dari berbagai provinsi menuju titik-titik bencana.
Baca Juga:
Akses Terputus Total, PLN NP Terbangkan Helikopter Demi Selamatkan Pembangkit di Aceh–Sumut
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo turun langsung mengoordinasikan pelepasan tim tanggap darurat dan memastikan seluruh kesiapan teknis dijalankan dengan standar siaga penuh.
Dari apron landas pacu, baling-baling pesawat Hercules TNI AU memecah udara pagi saat material set tower—puluhan ton rangka baja—diangkut dari Jawa menuju Aceh, sebuah langkah yang jarang terjadi dalam manajemen bencana di Indonesia karena sebagian besar logistik biasanya digeser lewat darat.
“Material ini harus tiba secepatnya, dan Hercules adalah satu-satunya pilihan untuk memotong waktu tempuh,” ujar Darmawan saat memberangkatkan rombongan teknisi dan kru ERS.
Baca Juga:
Terdapat Titik Kritis di Bireuen, PLN Turunkan Pasukan Elite dan Ribuan Material untuk Selamatkan Jaringan
Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengatakan wilayahnya mengalami kerusakan berat dengan 18 dan 23 kabupaten/kota terputus akses komunikasi dan listrik, serta beberapa kampung yang belum diketahui kondisinya pascabencana.
“Insyaallah dengan dukungan PLN Aceh dan pusat, listrik-listrik yang terputus bisa segera tersalur,” kata Muzakir yang juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh petugas lapangan yang terus bekerja tanpa jeda.
Ratusan teknisi, operator crane, ahli tower, dan tim rescue dari berbagai unit PLN di Indonesia kini menjadi satu barisan yang bergerak bersama, bekerja di bawah hujan, lumpur, dan jalur tanah yang terus longsor setiap beberapa jam, sementara sebagian lainnya mengawal distribusi genset, lampu darurat, serta sembako menuju lokasi pengungsian.
“Ratusan petugas di lapangan all out 24 jam nonstop demi misi kemanusiaan ini,” kata Darmawan menegaskan bahwa tak ada waktu tunggu dalam memulihkan kembali nadi kelistrikan Aceh.
Koordinasi antara Pemprov Aceh, TNI, Polri, BPBD, dan PLN berlangsung tanpa henti melalui jalur darat, udara, hingga udara-berganda karena beberapa lokasi hanya dapat dijangkau dengan helikopter atau pesawat kecil yang membawa material kritis seperti panel, peralatan pemanjat, dan spare part jaringan transmisi.
Setiap tower darurat yang berdiri bukan hanya simbol rekonstruksi fisik, tetapi juga kemenangan kecil dari sebuah perang melawan keterpencilan, cuaca ekstrem, dan waktu.
Untuk menjaga layanan publik tetap berjalan, PLN menyiagakan genset di rumah sakit, puskesmas, bandara, kantor pemerintah, dan rumah ibadah, sementara lampu-lampu darurat dikirimkan ke posko pengungsian agar aktivitas malam hari tetap bisa berlangsung.
“Kita upayakan yang terbaik, semoga perjuangan ini dimudahkan dan Aceh bisa pulih seperti sediakala,” ujar Darmawan.
Bantuan kemanusiaan berupa paket sembako diserahkan secara simbolis kepada Gubernur Aceh sebagai wujud kepedulian PLN kepada masyarakat yang sedang menghadapi masa-masa tersulit, sekaligus pengingat bahwa pemulihan listrik adalah bagian dari pemulihan hidup.
Mobilisasi lintas lembaga yang masif ini diharapkan mampu memulihkan suplai listrik Aceh lebih cepat sehingga roda aktivitas, ekonomi, dan layanan publik kembali bergerak.
[Redaktur: Sandy]