Lalu apa penyebab fenomena cuaca ekstrem tersebut?
BMKG menjelaskan, Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada di fase 3 (Indian Ocean) dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap musim kemarau yang sedang berlangsung.
Baca Juga:
Jakarta Sesak, BMKG: BBM Bersulfur Tinggi Biang Kerok Polusi Udara
"Meskipun umumnya musim kemarau ditandai dengan cuaca kering dan minim hujan, fase MJO ini bisa memengaruhi pola cuaca dengan meningkatkan kemungkinan adanya periode hujan yang lebih intens atau tidak biasa selama musim kemarau," terang BMKG.
"Terutama pada puncak musim kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa cuaca ekstrem pada musim kemarau yang cenderung konsisten kering dapat dipengaruhi oleh faktor regional seperti MJO," tambah BMKG.
Dinamika Atmosfer
Baca Juga:
Fenomena Hunter Moon Hadir di Langit Indonesia, Siap-siap Lihat Bulan Terbesar Tahun Ini!
Berikut kondisi dinamika atmosfer terkini yang menurut BMKG kombinasinya dapat menimbulkan potensi cuaca signifikan, yaitu:
- Gelombang atmosfer
Dijelaskan, dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. Tetapi, MJO berada pada fase 3 (Indian Ocean) yang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial terpantau aktif di Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan bagian tengah hingga selatan, Sulawesi bagian tengah hingga selatan, Maluku, dan Papua Selatan.