WahanaNews.co | Sejumlah 32 gempa susulan dengan kekuatan di bawah Magnitudo 3,5 terus melanda kawasan sekitar Banyubiru, Ambarawa, Salatiga, dan sekitarnya sejak Sabtu (23/10/2021) kemarin.
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
Baca Juga:
Gempa M 6,4 Guncang Gorontalo Dini Hari, BMKG: Tak Ada Ancaman Tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa 32 aktivitas gempa tercatat di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga, dan sekitarnya sejak Sabtu (23/10) kemarin. Gempa yang terjadi memiliki magnitudo kecil, bahkan tidak ada yang melebihi magnitudo 3,5.
"Hasil monitoring BMKG sejak hari Sabtu 23 Oktober 2021 pukul 00.00 WIB dinihari hingga hari Minggu 24 Oktober 2021 pukul 10.00 WIB sudah tercatat sebanyak 32 kali aktivitas gempa di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya," ujar Daryono dalam akun instagramnya @daryonobmkg pada Minggu (24/10/2021).
Tak hanya itu, Daryono menginformasikan bahwa gempa yang terjadi berada dalam zona dangkal, dengan kedalaman kurang dari 10 kilometer. Ia juga menyatakan gempa yang terjadi adalah gempa swarm.
Baca Juga:
52 Gempa Bumi Guncang Maluku, BMKG Ungkap Pentingnya Mitigasi
"Gempa swarm dicirikan dengan serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat tinggi, berlangsung dalam waktu 'relatif lama' di suatu kawasan, tanpa ada gempa kuat sebagai gempa utama (mainshock)," jelas Daryono.
Daryono menuturkan, beberapa penyebab gempa swarm antara lain berkaitan dengan transpor fluida, intrusi (terobosan) magma, atau migrasi magma. Fenomena tersebut menyebabkan terjadinya deformasi batuan yang berada di bawah permukaan zona gunung api.
Tak hanya kegiatan kegunungapian, Daryono menyatakan gempa swarm dapat terjadi di daerah non vulkanik, atau daerah dengan aktivitas tektonik murni. Swarm dapat terjadi di zona sesar aktif atau kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh dan mudah mengalami retakan, tambahnya.
"Terkait fenomena swarm yang mengguncang Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya ada dugaan jenis swarm tersebut berkaitan dengan fenomena tektonik (tectonic swarm), karena zona ini cukup kompleks berdekatan dengan jalur Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawa Pening dan Sesar Ungaran," kata Daryono kembali.
Gempa swarm yang terjadi di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga, dan sekitarnya ini bukanlah yang pertama kali. Fenomena ini pernah terjadi di Klangon, Madiun pada Juni 2015, Jailolo, Halmahera Barat pada Desember 2015, dan Mamasa, Sulawesi Barat pada November 2018.
Daryono juga menyoroti bahwa sebetulnya gempa swarm ini tidak membahayakan.
"Sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat."
Walaupun demikian, rumah dengan struktur bangunan yang lemah dapat mengalami kerusakan akibat gempa swarm ini.
Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan magnitudo 3 mengguncang Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada pukul 00.32 WIB, Sabtu (23/10). Guncangan ini terasa hingga Ambarawa dan sekitarnya. [rin]