WahanaNews.co | Masyarakat Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, dihebohkan dengan adanya kabar pesan suara melalui percakapan WhatsApp terkait adanya gempa susulan menimpa wilayah tersebut dengan kekuatan skala besar dan berpotensi tsunami.
Oleh sebab itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) langsung menanggapi informasi tersebut.
Baca Juga:
22 Tsunami Gate dan 20 Akselerograf Siap Deteksi Bahaya Megathrust di Banten
BMKG menyebut, kabar gempa susulan berkekuatan besar hingga menimbulkan tsunami di Pelabuhan Ratu, Sukabumi pasca gempa di Banten adalah bohong alias hoaks.
Diketahui, pada Jumat (14/1) pukul 16.05 WIB, wilayah selatan Banten diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo 6,6.
Episentrum gempa terletak pada koordinat 7,21° LS; 105,05° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah Barat Daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km.
Baca Juga:
Mitigasi Megathrust: BMKG Apresiasi Daerah yang Siap, Tapi Tantangan Tetap Ada
"Untuk informasi dari pesan suara yang saat ini beredar yang menyatakan akan ada gempa susulan berkekuatan besar dan menimbulkan tsunami di Pelabuhan Ratu adalah berita bohong (hoaks) yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab yang menginginkan keresahan di masyarakat," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu dalam siaran pers, kemarin.
Adapun pesan suara yang beredar tersebut menyebutkan informasi sebagai berikut.
Assalamu'alaikum, buat semua keluarga besar Palabuhanratu ini barusan saya dapat warning dari BMKG mau ada gempa susulan tapi akan berdampak potensinya ke tsunami untuk pantai selatan, jadi untuk yang jualan-jualan di pinggir laut tu tolong semalam ini tidur di rumah dulu deh nggak usah di warung ya, tolong ya kasih tahu semua itu.
BMKG berharap seluruh masyarakat khususnya di Pelabuhan Ratu dan sekitarnya, tidak mempercayai berita bohong tersebut.
"Pastikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami bersumber resmi dari BMKG," ujar Rahayu.
Dia menambahkan gempa susulan sampai saat ini sudah jauh menurun dengan kekuatan yang jauh lebih kecil.
"Jadi, jika ada yang menyatakan akan ada gempa susulan yang lebih besar serta menyebabkan tsunami adalah tidak benar, karena sampai saat ini gempa bumi belum dapat diprediksi secara pasti, kapan, di mana serta berapa (besarannya)," kata Rahayu. [bay]