WahanaNews.co | Sejak hari pertama mengungsi pada Jumat (25/2/2022) kemarin, sejumlah pengungsi korban gempa Pasaman Barat, Sumatera Barat mengeluh belum menerima bantuan pakaian ganti dan selimut.
Akibatnya, beberapa pengungsi yang berada di halaman kediaman dinas bupati Pasaman Barat, mulai mengeluh kedinginan dan demam, Minggu (27/2) sekitar pukul 09.00 WIB.
Baca Juga:
Gempa M 6,4 Guncang Gorontalo Dini Hari, BMKG: Tak Ada Ancaman Tsunami
Salah satu pengungsi yang berasal dari Jorong Timbo Abu, Iser, mengaku, kondisi tenda darurat yang padat dan dingin membuat tubuhnya mengalami sakit demam.
"Disini (di dalam tenda) kita ada 184 orang, kalau makan sudah dapat, tapi selimut saya belum," jelasnya, kemarin.
Ia mengatakan permintaan agar memperoleh selimut sudah lebih dari dua kali ia sampaikan, namun tak kunjung mendapat respons bantuan.
Baca Juga:
52 Gempa Bumi Guncang Maluku, BMKG Ungkap Pentingnya Mitigasi
"Sudah dua kali diminta, tapi belum datang-datang, pengungsi yang lain sebagian ada yang sudah dapat," katanya.
Pengungsi lainnya, Noli Karmina (32) mengeluhkan hal yang sama. Noli datang ke tenda pengungsian bersama ibu dan empat orang anaknya. Dari empat anaknya itu, terdapat satu anak penyandang disabilitas, dan dua anak kembar berusia dua tahun lebih.
Ia mengaku belum memperoleh selimut dan bantuan baju untuk dia dan anak-anaknya. Ibunya kini mengalami demam karena kekurangan pakaian hangat.
"Kami belum ganti baju sejak pertama mengungsi, anak-anak dan ibu juga belum. selain baju kami juga tidak memiliki selimut, dingin dan ibu saya sakit," jelasnya.
Minimnya pakaian ganti juga membuat mereka sulit untuk melakukan mandi, cuci dan kakus. Sehingga ada beberapa anak yang langsung pipis di sekitaran tenda darurat.
Gempa telah merusak setidaknya 1.000 rumah di Pasaman Barat. Warga terdampak telah disediakan posko untuk memenuhi kebutuhan darurat seperti tempat istirahat dan dapur umum.
Pemerintah daerah setempat menyatakan bakal segera merekonstruksi rumah yang rusak. Rusak ringan disebut ditanggung pemerintah kabupaten, rusak sedang oleh provinsi, dan rusak berat oleh pemerintah pusat. [bay]