WAHANANEWS.CO - Air danau yang “berbalik arah” membawa petaka bagi ribuan ton ikan milik petani keramba di Sumatera Barat.
Kematian ikan di keramba jaring apung Danau Maninjau, Kabupaten Agam, mencapai 1.428,73 ton akibat cuaca ekstrem yang memicu upwelling atau naiknya air dasar danau yang minim oksigen ke permukaan.
Baca Juga:
Prof. Syafruddin: Provinsi Sumbar Harus Tiru Pemanfaatan Sumber Daya ala Jepang
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam mencatat peristiwa ini menyebabkan kerugian ekonomi hingga Rp32,86 miliar.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam Rosva Deswira mengatakan seluruh ikan yang mati merupakan jenis nila dengan ukuran siap panen.
“1.428,73 ton ikan mati dengan jenis nila di keramba jaring apung Danau Maninjau dengan ukuran siap panen,” kata Rosva di Lubuk Basung, Agam, Sabtu (20/12/2025).
Baca Juga:
Kematian Ikan Keramba Jaring Apung di Danau Maninjau Buat Petani Rugi Rp380 Juta
Ia menjelaskan kematian ikan tersebut tersebar di sejumlah nagari, yakni Sungai Batang, Tanjung Sani, Duo Koto, Maninjau, dan Koto Gadang Anan Koto.
Peristiwa ini berdampak langsung pada puluhan petani keramba jaring apung yang mengalami kerugian besar.
Kerugian total ditaksir mencapai Rp32,86 miliar dengan asumsi harga ikan di tingkat petani sekitar Rp25 ribu per kilogram.
“Petani mengalami kerugian cukup besar dan ini kematian ikan paling banyak semenjak tiga tahun terakhir,” ujarnya.
Rosva menyebut kematian massal ikan dipicu bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah tersebut.
Curah hujan tinggi disertai angin kencang menyebabkan terjadinya pembalikan massa air di Danau Maninjau.
Kondisi upwelling tersebut membuat kandungan oksigen di permukaan danau berkurang drastis.
Akibat kekurangan oksigen, ikan-ikan di keramba jaring apung tidak mampu bertahan hidup.
“Ikan pusing dan mati. Petani keramba jaring apung tidak bisa menyelamatkan ikan miliknya,” kata Rosva.
Untuk mencegah kejadian serupa, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam telah mengeluarkan surat imbauan dan edaran kepada para petani.
Selain itu, sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kematian ikan juga terus dilakukan.
Langkah tersebut bertujuan meminimalkan dampak lingkungan perairan danau sekaligus menekan potensi kerugian petani ke depan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]