WahanaNews.co | Komandan Kodim (Dandim) 0304 Agam, Sumatera Barat, menindak salah seorang anggotanya yang diduga melakukan intimidasi dan memaki wartawan yang sedang bertugas di Bukittinggi.
Dandim 0304 Agam, Letkol Czi Renggo Yudi A, menegaskan, oknum intel prajurit Agam dengan inisial VJ itu telah dipanggil dan diperiksa serta terancam dikenai sanksi.
Baca Juga:
Kisruh di Deli Serdang: 33 Oknum TNI Diduga Serang Warga, Komisi I DPR Desak Proses Hukum
"Benar, ada pemeriksaan kepada salah seorang anggota yang bermasalah dengan wartawan, kami cek dan mintai keterangan terkait hal tersebut, kami sudah komunikasi juga dengan Ketua PWI Bukittinggi segera ditindaklanjuti," kata Renggo Yudi di Bukittinggi, Senin (10/10/2022).
Ia mengatakan, VJ akan berhadapan dengan hukum disiplin militer untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya jika terbukti bersalah.
"Iya, kami tindaklanjuti sesuai Hukum Disiplin Militer dan kami lakukan pemeriksaan serta kami buat surat telegram (STR) ke seluruh jajaran kodim agar tidak terjadi hal tersebut kembali," kata dia pula.
Baca Juga:
Viral, Oknum TNI Acungkan Pistol di Rumah Ketua Bappilu Gerindra Sulsel
VJ diduga melanggar disiplin dan Undang-Undang tentang Pers saat nekat menghalangi kerja jurnalis yang sedang meliput di lapangan pada Minggu (9/10/2022), saat peristiwa anak tersiram minyak panas.
Wahyu Sikumbang, jurnalis yang menjadi korban dugaan intimidasi oleh oknum tersebut, menuturkan, saat di dalam ruang IGD RS, jurnalis MNC Media Grup tersebut mendapat upaya penghalangan mengambil gambar korban dengan cara pelaku mengibas tangannya ke kamera.
Tak ingin ribut dan mengganggu pasien maupun petugas medis, Wahyu keluar IGD, melanjutkan mencatat data kejadian.
Saat itu, ternyata VJ mengikuti keluar dan menghampiri Wahyu, hingga kemudian terjadi adu argumen.
"Saya sedang mengetik di ponsel saya, lalu ia datang dari samping kiri sambil melarang memberitakan insiden yang menimpa anak itu," kata Wahyu.
Wartawan yang dikenal dekat dengan aparat TNI dan Polri ini mengaku heran, dan menanyakan alasan pelarangan itu.
"Kenapa Bang? Saya kan tidak menulis atau menyangkutpautkan insiden ini dengan Kodim, TNI, atau Lapangan Wirabraja, hanya menulis tempat kejadian di lapangan kantin," ujar Wahyu.
Menurut Wahyu, dia dan rekan-rekan media massa umumnya sengaja menulis Lapangan Wirabraja sebagai lapangan kantin.
Selain karena penyebutan itu lebih dikenal masyarakat, juga untuk menjaga hubungan baik dengan mitra Kodim jika insiden atau kasus sensitif tersebut terjadi di sana.
"Namun, oknum tetap bersikukuh sambil mengatakan, 'Jangan diberitakan, ini kami selesaikan, biar kami lapor dulu ke Pasi,' katanya," ujar Wahyu, menceritakan.
"Silakan Bang, itu bukan urusan saya, karena saya tidak menulis Kodim, jadi saya tidak perlu konfirmasi ke Pasi Intel atau Dandim, itu urusan Abang, silakan, jangan sedikit-sedikit dilarang," kata Wahyu, yang ternyata tidak diterima oleh VJ, sehingga oknum tersebut lepas kontrol.
"Dia memaki saya di depan orang ramai, ia bercarut (memaki paling kasar di Sumatera Barat), ampeklah katanya, itu banyak saksi yang mendengar, ada pihak keamanan rumah sakit juga," kata Wahyu.
Wahyu mencoba mengingatkan mitra di lapangannya itu, tapi kembali tak digubris, bahkan bersikap menantang.
"Ya, saya percarutkan kamu, mau apa kamu, kata dia, Okelah kata saya, tak mau terpancing," ujarnya pula.
Lalu wartawan ini pun pergi dari RS, melanjutkan liputan ke lapangan kantin, hingga bertemu dengan teman lain yang meliput di tempat kejadian.
Mengetahui teman seprofesinya diintimidasi dan dimaki, sejumlah wartawan menanggapi pelecehan profesi ini dengan berkoordinasi.
"Ini sudah kelewatan, selama ini wartawan diam disangka takut, saya setuju kita lanjutkan masalah ini," kata Yursil, wartawan Haluan.
"Mari kita temui Dandim, biar Dandim yang panggil oknum tersebut di hadapan wartawan, dan Dandim harus mengambil sikap agar tidak ada lagi personel yang melanggar kebebasan pers, sebagai efek jera, memang harus diberitakan secara jor-joran," kata Akhmad Ikhsan, reporter RRI Bukittinggi, menambahkan.
Jurnalis lain menyebut, ulah serupa tak hanya kali ini terjadi.
Beberapa waktu lalu, oknum yang sama juga mengintimidasi sejumlah wartawan yang mengangkat berita tentang dugaan adanya aktivitas judi di pasar malam lapangan kantin.
"Dulu Rudi, wartawan Jayantara, juga dibentak-bentak, diancam, mereka menganggap kita ini tidak punya harga diri," kata Linda, jurnalis Indonesia Satu.
Ketua PWI Bukittinggi, Anasrul, telah menghubungi Pasi Intel Kodim 0304/Agam untuk berjanji bertemu dengan Dandim membicarakan terkait ulah oknum prajurit tersebut.
"Kita temui Pasi Intel dulu, baru kita ke Dandim, kita lihat hasilnya nanti, intinya yang bersangkutan minta maaf ke wartawan dan pencerahan bagi yang bersangkutan maupun prajurit lain agar tidak menghalangi tugas jurnalistik," kata Anasrul. [gun]