WahanaNews.co | Korban gempa di Sulawesi Barat (Sulbar) terus bertambah. Hingga
Jumat (15/1/2021) sore, korban yang dinyatakan meninggal sudah 34 orang.
Selain itu, ada 736 orang dinyatakan
luka, dan 15.000 jiwa terpaksa mengungsi.
Baca Juga:
Tim SAR Temukan Dua Jenazah Korban KMP Tunu di Hari Kedelapan Pencarian
Kepala Pelaksana BPBD Sulbar, Darno Majid, mengatakan, data
tersebut dicatat pada Jumat (15/1/2021), pukul 14.00 Wita.
Ia memperkirakan, korban masih akan terus bertambah.
"Ini masih data sementara.
Evakuasi sementara masih dilakukan oleh tim gabungan," kata Darno.
Baca Juga:
Musim Kemarau Belum Merata, BMKG Minta Waspadai Cuaca Ekstrem
Korban meninggal dunia terbanyak di
Mamuju, yakni 26 orang. Sementara di Majene ada 8 orang. Korban
luka masih dalam proses pendataan.
Ia mengatakan, masih
banyak bangunan rubuh yang belum dibongkar. Penggunaan alat berat untuk
pencarian korban tampaknya rumit.
"Karena, kalau
kita pakai alat berat, ditakutkan melukai korban yang
tertimbun dan mereka masih hidup. Kita lakukan hati-hati betul,"
tambahnya.
Saat ini, pihaknya mengaku butuh
tambahan tenda untuk Rumah Sakit darurat di Mamuju dan Majene. Ratusan
warga yang dinyatakan luka butuh perawatan medis serius.
"Kita sangat butuh tenda untuk
ruang perawatan. Pusat sudah janji, kemudian dari Sulawesi Tengah dan Makassar
juga bilang sudah mau kirim," ujarnya.
Pasien yang sedang dirawat di RS kata
Darno juga sudah dipindahkan ke lapangan.
Gempa susulan dikhawatirkan masih
terus terjadi. Rawan jika pasien berada di dalam gedung.
"Mudah-mudahan tenda sempat
sampai. Kita antisipasi terus soal gempa susulan. Kami sudah tetapkan lokasi
pengungsian itu pusatnya di stadion," ujar Darno.
Sejauh ini, BPBD setempat mencatat
kerugian materil mencakup 1 hotel rusak berat, kantor Gubernur, 300 rumah
rusak, 1 kantor Danramil, 2 fasilitas kesehatan, dan 1 unit mini market.
Kepala BMKG, Dwikorita
Karnawati, sudah meminta agar masyarakat di Sulbar mewaspadai adanya gempa
susulan. Mereka juga diminta menghindari area pantai.
"Pusat gempa ada di pantai
memungkinkan terjadinya longsor bawah laut sehingga masih atau dapat berpotensi
tsunami. Apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa masih di
pantai atau pinggir laut," katanya, pada
konferensi pers, Jumat (15/1/2021).
Gempa magnitudo berkekuatan 6,2 itu
termasuk gempa dangkal dengan pusat kedalaman 10 kilometer dari permukaan.
BMKG mencatat, gempa
susulan sejak Kamis (14/1/2021) siang sudah terjadi sebanyak 28 kali.
Dari hasil analisa BMKG, gempa
tersebut disebabkan oleh sesar naik Mamuju atau Mamuju Thrust dan merupakan pengulangan dari dua gempa besar
sebelumnya pada tahun 1969 dan 1984. [qnt]