WahanaNews.co | Usai insiden penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhadap nakes di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua, IDI Wilayah Papua segera mengevakuasi para nakes ke Jayapura.
Evakuasi tersebut menyusul tewasnya tenaga kesehatan Gabriella Meilani (22 tahun) dalam insiden penyerbuan KKB di Kiwirok.
Baca Juga:
Aktivis HAM Esra Mandosir Meninggal Dunia, LP3BH Manokwari Sebut Kematiannya Diduga Tidak Wajar
“Saat ini, seluruh tenaga kesehatan yang selamat dari fasilitas kesehatan tersebut dievakuasi ke Jayapura. Rencananya kemarin, cuma karena cuacanya kurang bagus, jadinya hari ini,” kata Donald dalam jumpa pers virtual yang dilakukan Tim Mitigasi IDI dan IDI Wilayah Papua, Jumat (17/9/2021).
Donald mengaku telah bersurat kepada Gubernur Papua Lukas Enembe, juga kepada sejumlah aparat TNI/Polri. Ia juga menambahkan, sekitar 250 nakes di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, telah melakukan long march pada Kamis (16/9) sebagai ungkapan rasa dukacita dan penghormatan bagi Gabriella Meilani.
Para tenaga kesehatan memasang pita hitam seraya menyalakan 1,000 lilin di sepanjang jalan sebagai tanda duka. Saat ini, seluruh para tenaga kesehatan yang selamat dari fasilitas kesehatan tersebut dievakuasi ke Jayapura.
Baca Juga:
Langkah Pengamanan Menjelang Pilkada Serentak, Asistensi Operasi Damai Cartenz di Intan Jaya
"Kita sedang menunggu, kita berharap agar ada pernyataan sikap segera tapi sementara ini belum ada. Kita berharap segera ada, terutama dari pemangku pimpinan tertinggi di Papua dan juga tokoh agama dan tokoh adat, ini sangat penting sekali," ujar Donald.
Donald menceritakan, sebelumnya pada bulan September 2019 lalu, kejadian serupa juga pernah dialami oleh salah satu tenaga medis yang berada di Wamena.
"Dulu pernah terjadi kerusuhan di Wamena, itu ada satu korban yaitu (alm) dr Suko. Waktu itu beliau sedang dalam perjalanan ke Wamena, tapi mereka (KKB) tidak tahu kalau beliau seorang tenaga medis," ujarnya.
Dalam penuturannya, Donald berharap kejadian ini hanya dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, bukan orang asli Papua. "Saya sudah lama bertugas di Papua, jadi saya tahu bahwa namanya dokter, tokoh agama, dan guru, itu sangat dihormati di Papua. Makanya dengan kondisi yang terjadi di Wamena dengan di Kiwirok," ungkapnya.
"Karna saya tahu sekali bahwa orang Papua seharusnya tidak bisa berbuat seperti itu," terang Donald. [rin]