WahanaNews.co | Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengkhawatirkan perubahan iklim yang memicu meningkatnya permukaan air laut.
Kondisi ini diperkirakan bisa membuat sejumlah daerah di pesisir tenggelam dalam beberapa waktu ke depan, termasuk Jakarta, seiring dengan penurunan muka tanah.
Baca Juga:
Demi Jakarta Bebas Polusi, Ridwan Kamil Tawarkan Insentif hingga Inovasi Truk Embun
"Karena tinggi permukaan laut di Jawa meningkat dan tanah di beberapa kota mengalami penurunan, secara nasional itu penurunannya 7 sentimeter per tahun. Kalau kecepatannya lebih dari 7cm luar biasa. Kita ingin mempersiapkan itu di 2022, efek perubahan iklim dan dampaknya untuk ekonomi," ujar Suharso saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 2 September 2021.
Bappenas mencatat penurunan muka tanah Jakarta per tahun diiringi dengan meningkatnya muka air sekitar 0,8-1,2 sentimeter per tahun. Untuk mencegah ancaman perubahan iklim tersebut, Bappenas bersiap-siap untuk menyetop aktivitas pengeboran sumur air minum di Jakarta.
Penyetopan sumur bor dilakukan jika sumber air bersih bagi masyarakat di Jakarta dan sekitarnya sudah dapat terpenuhi dari aliran waduk, seperti Jatiluhur. Karena itu, Bappenas mengklaim terus meningkatkan kapasitas waduk.
Baca Juga:
Kadiv Humas Polri : Nama Calon Wakapolri Sudah ada, Saat ini Sedang Dalam Proses Pemilihan.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Arifin Rudiyanto mengatakan penyedotan air dari dalam tanah diperkirakan bisa memantik permukaan tanah terus menurun. Ia menjelaskan, saat ini 80 persen warga Jakarta masih mengandalkan air dari sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
"Ini terjadi karena belum optimalnya pengelolaan air," ujar dia.
Kabar Jakarta tenggelam sebelumnya dijelaskan oleh Kelompok Penelitian Perubahan Iklim dan Sumber Daya Air, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membuat pemodelan Jakarta Tenggelam. Jakarta diperkirakan akan mengalami rendaman setinggi 5,41164 meter pada 2031 atau sepuluh tahun ke depan.
Luas area yang terendam berdasarkan hasil pemodelan, yaitu 13.942,53 hektare dari total luas wilayah Jakarta 66 ribu hektare. Penyebabnya, perubahan muka laut, faktor pasang surut, dan penurunan tanah.Adapun pada 2041, ketinggian genangan terus naik menjadi 6,64584 meter. Hasil overlay dengan data ketinggian tanah, luasan genangannya saat itu bertambah lagi menjadi 17.837,12 hektare.
Kenaikan muka laut, menurut kajian tim LAPAN, tidak seragam di seluruh dunia. Dari data hasil observasi maupun model penelitian lain, permukaan laut rata-rata secara global telah meningkat 21-24 sentimeter sejak 1880. Sepertiga kenaikannya terjadi pada 2,5 dekade terakhir.
Pada periode 1993-2020 kenaikan rata-rata muka laut 3,42 milimeter per tahun, sementara di Samudera Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 3,11 mm/tahun. Selain itu, menurut Lilik, ada potensi penurunan tanah di Jakarta akibat dari eksplorasi air tanah, dan beban dari gedung, perkantoran, perumahan. [qnt]