WahanaNews.co, Jakarta – Perubahan Jakarta sebagai Kota Global menyusul pengesahan Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Indonesia Joko Widodo yang meminta agar Jakarta ditetapkan sebagai pusat kegiatan ekonomi berskala global.
Baca Juga:
Bukan Awan Biasa, BMKG Klarifikasi Fenomena Langit Jakarta yang Memukau
Melansir dari Kompas.com, Minggu (26/11/2023) Jakarta saat ini sedang bersiap menyandang predikat baru, yaitu sebagai Global City atau Kota Global. Meski akan menyandang status baru, Jakarta masih perlu melakukan pembenahan dan peningkatan dari berbagai sisi, termasuk ekonomi dan pembangunan.
Menyikapi keputusan tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono menjelaskan, beberapa kriteria penting untuk menjadi Kota Global yang kompetitif.
“Pertama, Jakarta harus mapan dan terkoneksi secara global dengan memiliki skala ekonomi yang berdaya saing, pengembangan yang baik, sumber daya tenaga yang kompetitif, dan terhubung secara global yang ditunjukkan dengan keberadaan perusahaan internasional dan skala besar,” kata Heru dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (6/11/2023).
Baca Juga:
Januari 2025 RDF Rorotan Segera Beroperasi, 2500 Ton/Hari Sampah Jakarta Bakal Diolah jadi Sumber PAD
Kedua, lanjut Heru, Jakarta harus memiliki ruang yang nyaman untuk dihuni dengan kelengkapan infrastruktur dasar perkotaan yang baik. Menurutnya, hal ini dapat mendorong perwujudan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik dari sisi kesehatan dan pendidikan serta kemudahan mengakses informasi.
Ketiga, Jakarta harus mampu menarik wisatawan untuk berkunjung dengan menawarkan daya tarik wisata budaya lewat event internasional, seperti konser dan olahraga. Karena itu, perlu ditunjang dengan infrastruktur wisata, seperti stadion, museum, teater, serta fasilitas penunjang lainnya.
Keempat, Jakarta harus memiliki lingkungan yang bersih, nyaman, dan berkelanjutan. Terakhir, Jakarta mesti memiliki aksesibilitas yang terkoneksi secara intra dan inter-kota, seperti moda transportasi dalam kota yang nyaman dan bebas hambatan.
“Sebagai Kota Global, Jakarta memiliki peran penting dalam pengintegrasian ekonomi transnasional. Dalam hal ini menjadi primary node pada jaringan ekonomi dunia, yang mampu menarik modal, barang, sumber daya manusia, gagasan, serta informasi secara global,” jelas Heru.
Ia melanjutkan, jika mengacu pada arahan pengembangan kota dalam Rencana Tata Ruang Tata Wilayah (RTRW), yang akan dilakukan adalah mengembangkan sistem pusat pelayanan kota berbasis transit dan dipusatkan pada area radius 800 meter dari titik transit dengan sistem transportasi umum yang terintegrasi.
“Jakarta juga akan menyediakan infrastruktur digital untuk mendukung aktivitas masyarakat dan ekonomi kota. Dipertimbangkan pula pengembangan hunian dan revitalisasi lingkungan, sumber daya air, serta percepatan penyediaan infrastruktur dasar perkotaan,” ucap Heru.
Siap menyandang status baru
Dengan pengesahan UU Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN Nusantara, Jakarta harus bersiap untuk menanggalkan perannya sebagai ibu kota. Jakarta harus berbenah dari berbagai sisi agar dapat menjadi pusat perekonomian dengan skala yang lebih besar, demi mendorong sektor teknologi, inovasi, pariwisata, dan industri.
Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta Atika Nur Rahmania menyikapi transisi ini dengan optimistis. Menurutnya, kesempatan ini akan menjadi peluang bagi Jakarta untuk bertransformasi dan berkembang ke arah yang lebih baik.
"Jakarta harus bersiap dengan visi dan misi baru sebagai arah pengembangan kota, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan melihat keunggulan fisik dan nonfisik, sudah saatnya Jakarta dapat menyejajarkan diri dengan kota- kota global lainnya dengan upaya, strategi, dan peningkatan standar pembangunan," ungkap Atika melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (10/11/2023).
Dalam mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global, Atika menilai bahwa semua pemangku kepentingan memiliki peran yang sangat penting, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, hingga masyarakat Jakarta sendiri.
Sebab, menurut Atika, pengembangan Kota Global juga akan menghadapi banyak tantangan. Misalnya saja, aspek livability kota dan infrastruktur, karena kepadatan dan mobilitas penduduk serta sumber daya manusia.
Selain itu, dari aspek pembiayaan, pengembangan Jakarta Kota Global juga harus dihadapkan dengan implikasi penurunan produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 9,18 persen yang secara langsung berdampak pada pendapatan asli daerah (PAD) Jakarta.
Terakhir, tantangan dari aspek kewenangan Pemerintah Pusat sebagai pemilik andil utama atau key point melalui rancangan undang-undang (RUU) serta menjalin kolaborasi pentahelix.
"Selain ketiga tantangan itu, atensi serta sense of belonging dari berbagai pihak juga sangat penting. Untuk itu, perlu adanya penyatuan pengetahuan tentang konsep Kota Global, termasuk kepada masyarakat yang tidak hanya berperan sebagai subjek pembangunan, tetapi juga sebagai aktor," jelas Atika.
Ia juga menjelaskan bahwa transisi menjadi Kota Global memiliki konsekuensi yang cukup signifikan bagi Jakarta. Oleh karena itu, ia meminta agar seluruh instansi bersiap dan turut menyukseskan transisi ini.
Atika menambahkan, perangkat daerah dan badan usaha milik daerah (BUMD) di Jakarta harus menjalin kolaborasi intensif dengan para pemangku kepentingan, untuk mendapatkan masukan serta aspirasi dalam menentukan arah kebijakan, demi mempercepat Jakarta menjadi Kota Global.
"Saat ini, sedang dilakukan penetapan RUU dan RTRW serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang untuk memastikan seluruh dokumen berjalan secara selaras dan dapat menjadi instrumen dalam mewujudkan Jakarta sebagai Kota Global yang berdaya saing untuk menjadi leader global city," ucap Atika.
Ia melanjutkan, untuk menyambut "predikat" baru itu, Bappeda Jakarta akan melakukan inovasi, terobosan, dan kolaborasi dengan semua para pemangku kepentingan, termasuk akademisi, praktisi, lembaga rating kota global, serta masyarakat.
Hal tersebut perlu dilakukan dengan harapan Jakarta dapat menjadi pusat perekonomian serta bisnis nasional dan global, termasuk menjadi primary node dalam jaringan ekonomi global.
Namun, di samping segala transformasi yang akan dilakukan, Jakarta akan tetap mempertahankan karakteristik dan ciri khas asli Jakarta, terutama budaya Betawi, serta identitas Indonesia sebagai salah satu daya tarik Jakarta yang dikenal di dunia.
"Jakarta juga diharapkan mampu menjadi kota yang dapat menarik talenta mancanegara (global talent) untuk hadir dengan berbagai ide, gagasan, dan mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi semua orang yang berkunjung atau tinggal di Jakarta," tutur Atika.
[Redaktur: Alpredo Gultom]