“RDF Rorotan ini memiliki keunggulan antara lain mengatasi permasalahan sampah perkotaan, mereduksi emisi karbon dan pembakaran bahan bakar fosil semen serta emisi karbon dari proses penimbunan sampah,” tambah Asep.
Lanjut Asep menjelaskan, nilai bahan bakar dari RDF setara dengan batu bara muda. Bahan bakar inilah yang bisa digunakan oleh berbagai industri, seperti pabrik semen. Untuk mencapai hasil akhirnya, RDF perlu menjalani proses :penyaringan (screening), pemilahan (separating), pencacahan (shredding), dan pengeringan (drying).
Baca Juga:
Kota Padang, Sumbar, Inovatif dalam Pengelolaan Lingkungan untuk Masyarakat
Sementara itu owner PT Asiana Technogy Lestari Poltak Sitinjak yang diwawancarai perihal progress pekerjaan yang ditunggu-tunggu publik Jakarta ini, melalui selulernya, pagi ini, Selasa (3/11/2024) menjelaskan komitmennya tidak sedikitpun kendor dari perjanjian kontrak.
"Kami terbiasa dan membiasakan diri disiplin. Bagi kami ini pertarungan komitmen dan integritas kami sebagai kontraktor nasional, bahkan sudah kami langkahkan diri maju ke negri lain. Tentu pintu terbuka dari negara lain karena komitmen dan integritas kami yang bisa diuji dan dibuktikan,” kata Poltak yang mengaku sedang berada di luar negri.
Poltak menegaskan per hari ini progress pembangunan RDF Rorotan telah mencapai Bobot 80% dan siap beroperasi untuk mengolah 30% sampah Jakarta menjadi bahan bakar baru terbarukan (renewable energy).
Baca Juga:
Komisi D DPRD DKI: Bahan Bakar RDF Rorotan Bisa Redakan Kemacetan
Pemasangan Drum Dryer sejumlah 6 unit telah selesai dipasang. Untuk diketahui, item ini merupakan komponen utama untuk proses pengeringan RDF agar kadar airnya berkurang dan menaikkan nilai kalori dari RDF tersebut.
Dijelaskannya, Drum Dryer ini juga diproduksi oleh putra putri Indonesia yang merupakan produk produk unggulan yang sangat berkualitas.
Lanjut Poltak, RDF Plant Rorotan menggunakan total 12 set mesin pengering sampah guna memastikan keberhasilan untuk mendapatkan RDF yang berkualitas dan rendah kadar airnya.