WahanaNews.co, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menilai Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) berpotensi sebagai sumber hilirisasi sumber daya alam (SDA) untuk masa depan perekonomian Indonesia.
“Andalan utama dari Kalimantan Selatan ini adalah batu bara, ekspor CPO. Masa depan Indonesia ada di pengolahan lebih lanjut (hilirisasi) dari sumber daya alam kita. Yang kita inginkan sumber daya alam kita tidak dijual secara mentah ke luar negeri, tetapi adalah yang dijual itu hasil yang sudah diolah,” kata Suahasil saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Lambung Mangkurat, dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat (29/09/23).
Baca Juga:
DJP Kalbar Fokus Maksimalkan Penerimaan Pajak Sektor Perkebunan untuk Meningkatkan Pendapatan Negara
Suahasil menjelaskan, hilirisasi SDA akan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Industri pertambangan tidak lagi difokuskan untuk ekspor hasil tambang mentah, melainkan harus melalui pengolahan terlebih dahulu agar meningkatkan nilai jual SDA.
Ia mencontohkan bahwa negara akan melakukan hilirisasi terhadap hasil tambang yang krusial seperti batu bara, nikel, bauksit, hingga minyak bumi yang akan diekspor berupa barang hasil jadi.
Provinsi Kalsel sebagai salah satu wilayah penghasil SDA utama di Indonesia, diharapkan berfokus pada sektor hilirisasi SDA sebagai strategi beru ekonomi Indonesia.
Baca Juga:
Kemendag Rilis Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Per November 2024
“Kalimantan Selatan karena merupakan salah satu provinsi dengan sumber daya alam yang sangat kaya, maka ini harus menjadi perhatian anda semua, dan bagaimana menghilirkan lebih lanjut CPO, bagaimana menghilirkan lebih lanjut batu bara, dan banyak sumber daya alam lain,” kata Suahasil.
Pada kesempatan lain, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro berpendapat bahwa inisiatif hilirisasi pemerintah juga bisa menjadi salah satu kunci untuk menjaga kinerja investasi pada tahun politik.
Selain hilirisasi nikel yang telah dijalankan, Asmo menilai pemerintah juga bisa mengoptimalkan hilirisasi pada industri lain. Terlebih, bila menimbang potensi investasi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang sangat besar.