WAHANANEWS.CO, Kendal - Warga Dukuh Somopuro, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kendal, mendadak diguncang keheningan yang berubah menjadi kepanikan pada Sabtu (1/11/2025) ketika aroma menyengat tercium dari sebuah rumah yang sekian lama terlihat tertutup rapat.
Pintu terkunci, jendela tertutup rapat, lalat beterbangan di kaca, dan tak ada tanda kehidupan.
Baca Juga:
Menkes Budi Gunadi Sadikin: Jawa Tengah Raih Ranking Pertama Program Cek Kesehatan Gratis
Warga akhirnya memberanikan diri memastikan keadaan di dalam, dan temuan itu membuat lutut mereka lemas: seorang perempuan, Setianingsih, sudah tak bernyawa dan tubuhnya membusuk di ruang tengah.
Yang lebih memilukan, dua anaknya, Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (27), ditemukan dalam keadaan lemah luar biasa setelah hampir sebulan bertahan hidup hanya dengan air rebusan dari sumur, enggan meninggalkan ibunya yang sudah meninggal.
Kepala Desa Bebengan, Wastoni, menjadi salah satu saksi pertama momen mengharukan itu.
Baca Juga:
KEK Kendal Siapkan 1.200 Hektare untuk Pengembangan Fase Dua dan Investor
“Ditanya sama warga, ibu di mana? Dijawab itu di dalam. Pas dilihat, ibu Setianingsih sudah meninggal dan membusuk,” ucapnya.
Warga langsung memanggil polisi dan tenaga medis untuk melakukan evakuasi, sementara kedua anak perempuan tersebut segera dibawa ke Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Boja.
Di rumah sakit, kondisi keduanya mengundang keprihatinan mendalam para tenaga medis. Dokter Arfa yang menangani menjelaskan bahwa mereka dalam kondisi dehidrasi berat, linglung, dan tampak mengalami kejutan emosional yang dalam.
“Fisik bisa pulih dalam sekitar seminggu. Tapi psikologisnya harus dipantau,” ujar dia.
Meski tak makan selama hampir sebulan, keduanya memiliki kadar gula tubuh normal, sebuah kondisi langka yang menurut dokter bisa terjadi saat tubuh masuk dalam mode bertahan ekstrem.
Keduanya mengaku bahwa mereka mengunci pintu dan memilih tidak keluar rumah karena mengikuti pesan mendiang ibu mereka agar tidak merepotkan tetangga.
Mereka bingung, mengalami distress emosional, tapi tetap bertahan di sisi ibunya tanpa tahu apa yang harus dilakukan.
Yang membuat kejadian ini makin tragis, Setianingsih dikenal sebagai sosok yang aktif dan ramah di lingkungan, sedangkan kondisi keluarganya sebelumnya tidak menunjukkan gejala kesulitan ekstrem.
Warga mengira keluarga itu baik-baik saja, dan perubahan baru terlihat beberapa waktu belakangan, hingga akhirnya bau yang menusuk mencurigakan menjadi alarm terakhir.
Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari, datang langsung menjenguk dua perempuan tersebut di rumah sakit. Pemerintah, katanya, bergerak cepat mengurus layanan kesehatan mereka.
“BPJS sudah aktif dalam satu hari untuk memastikan mereka dirawat,” jelasnya. Ia juga menegaskan bahwa setelah kondisi fisik keduanya pulih, pemerintah akan memindahkan mereka ke Panti Margi Utomo di Semarang agar mendapatkan pendampingan lanjutan.
Hari ini, keduanya perlahan membaik secara fisik meski tetap tampak bingung saat berkomunikasi dengan orang luar.
Mereka kini berada di tempat aman dan dirawat, namun peristiwa memilukan itu meninggalkan pesan kuat bagi publik: di masa di mana orang makin sibuk dengan urusan masing-masing, sedikit kepedulian tetangga bisa menjadi penyelamat nyawa.
Tidak semua cerita keheningan di balik pintu tertutup berisi ketenangan. Terkadang, ada tragedi yang terpendam dalam sunyi, menunggu seseorang peduli.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]