WahanaNews.co | Warga di Pantai Carita, dan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, merasa cemas usai terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau, yang berada di perairan Selat Sunda. Erupsi terjadi sejak Kamis (3/2/2022), dan hingga Jumat (4/2/2022) pagi, masih juga terdengar suara letusan.
Selain itu, akibat erupsi tersebut muncul kolom abu dari kawah Gunung Anak Krakatau setinggi 357 meter diatas permukaan laut (mdpl). Melalui Indonesia Volcano Monitoring, terlihat Gunung Anak Krakatau terus mengeluarkan abu vulkanik.
Baca Juga:
Berstatus Siaga, Gunung Anak Krakatau Erupsi 3 Kali
Erupsi Gunung Anak Krakatau ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 10 milimeter, dan durasi 0 detik. Gempa yang berkaitan dengan aktivitas magma tercatat satu kali gempa hembusan, sebanyak 17 kali gempa low frekuensi, dan ada sembilan kali gempa vulkanik dangkal.
Mengetahui Gunung Anak Krakatau kembali aktif, warga yang tinggal di pesisir pantai di Carita, dan Labuan menjadi resah. "Suara letusannya terdengar cukup keras pada pukul 01.00 WIB," ujar Acim, salah seorang penjaga wisata pantai.
Acim mengaku terkejut dengan adanya suara letusan dari Gunung Anak Krakatau, yang terjadi pada dini hari tadi. Pria 63 tahun tersebut, mengira suara letusan gunung adalah sebuah bom yang meledak. "Saya kira tadi bom," ungkapnya.
Baca Juga:
Berstatus Siaga, Gunung Anak Krakatau Meletus 7 Kali
Leni, warga yang tinggal di pesisir Pantai Carita berharap letusan Gunung Anak Krakatu, tidak berdampak negatif bagi warga yang tinggal di pesisir pantai. Pasalnya kejadian letusan Gunung Anak Krakatau di tahun 2018 lalu, menyebabkan terjadinya gelombang tsunami. "Kami kawatir," ujarnya.
Hingga saat ini, Gunung Anak Krakatau masih berstatus waspada. Nelayan ataupun wisatawan tidak diperbolehkan mendekat ke Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km dari kawah, karena dikawatirkan terjadi lontaran material vulkanik yang sangat berbahaya. [qnt]