WahanaNews.co | Di tengah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng, ibu-ibu di Desa Randugunting, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyiasatinya dengan memanfaatkan minyak jelantah.
Jika biasanya minyak jelantah dibuang begitu saja, ibu-ibu PKK ini malah mengumpulkannya untuk nantinya dijual kembali.
Baca Juga:
Terminal Kalideres Cek Kelayakan Bus AKAP Menjelang Nataru
"Ga mesti sih berapa banyak selama sebulan. Tapi sepertinya sekitar 10 kilo," kata Diah, Ketua Bank Sampah Wanito Utomo, di Desa Randugunting, Kabupaten Semarang, Minggu (20/3/2022), saat melakukan kegiatan pengumpulan dan pemilahan sampah.
Minyak jelantah yang ia dapatkan tersebut berasal dari limbah rumah tangga RT 7 di Desa Randugunting.
"Dari pada dibuang begitu saja kan merusak lingkungan. Mending dimanfaatkan seperti ini saja," tambahnya.
Baca Juga:
Ketum TP PKK Pusat Survei Persiapan Operasi Katarak di RSUD Kalideres
Minyak jelantah tersebut dihargai oleh pengepul Rp 4 ribu per kilo.
Minyak yang dibeli tersebut akan didaur ulang menjadi bahan bakar biogas.
"Kalau saya kemarin ikut sosialisasi, katanya minyak tersebut mau dimanfaatkan untuk bahan pembuatan biogas," jelasnya.
Namun, terkendala kelangkaan dan mahalnya harga minyak, produksi minyak jelantah ini mulai susah.
"Sekarang buat jelantah susah, minyaknya lagi langka juga mahal," tuturnya.
Selain minyak jelantah, ibu-ibu tersebut juga memanfaatkan berbagai macam sampah.
Seperti kertas, bungkus minuman saset, botol, plastik, kaca dan besi.
Nantinya, sampah tersebut akan didaur ulang menjadi karpet, kursi, tas dan barang-barang lainnya.
"Kami bersama-sama membentuk bank sampah, semacam bank sampah kecil. niat kami membiasakan mulai dari sekarang peduli lingkungan," ucapnya. [gun]