WahanaNews.co | Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto memonitor penanganan banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Dia meminta pemerintah daerah mempersiapkan rencana jangka pendek dan panjang dalam menanggulangi bencana.
Rencana jangka pendek ini merupakan penanganan darurat yang merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dalam Undang-Undang disebutkan, penanganan darurat bisa berupa kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Baca Juga:
16 Desa di Aceh Barat Terendam Banjir, Air Capai 50 Sentimeter
"Hal-hal dasar yang menjadi kebutuhan warga terdampak ini harus betul-betul disediakan," tegas Suharyanto, Sabtu (20/11).
Sementara, rencana jangka panjang berupa rumusan kebijakan dan pemulihan lingkungan. Menurut lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando (Sesko)Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto meninjau penanganan banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Dia meminta pemerintah daerah mempersiapkan rencana jangka pendek dan panjang dalam menanggulangi bencana.
Baca Juga:
BPBA Lapor Dua Desa di Aceh Jaya Terendam Banjir Setinggi 1,2 Meter
Rencana jangka pendek ini merupakan penanganan darurat yang merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Dalam Undang-Undang disebutkan, penanganan darurat bisa berupa kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
"Hal-hal dasar yang menjadi kebutuhan warga terdampak ini harus betul-betul disediakan," tegas Suharyanto, Sabtu (20/11).
Sementara, rencana jangka panjang berupa rumusan kebijakan dan pemulihan lingkungan. Menurut lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI 2013 ini, terjadi kerusakan lingkungan dalam satu dekade terakhir di Kabupaten Sintang.
Penurunan daya dukung lingkungan inilah yang memicu terjadinya banjir. Saat Kabupaten Sintang diguyur hujan dengan intensitas tinggi, lingkungan telah beralih fungsi sehingga tidak bisa menyerap air.
"Kami memohon kerja sama merumuskan dan melaksanakan segala upaya untuk mencegah agar banjir seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," katanya.
Selain pemerintah daerah, Suharyanto meminta dukungan pihak lain untuk menyiapkan atau melaksanakan rencana jangka panjang dalam menanggulangi bencana. Seperti komunitas, akademisi, dunia usaha, media massa, hingga masyarakat.
"Kita perlu sinergi dan kolaborasi pentaheliks untuk perbaikan lingkungan secara komprehensif," ucap dia.
Di tengah maraknya bencana alam, Suharyanto mengingatkan pemerintah daerah untuk mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan Covid-19. Terlebih, Indonesia akan memasuki libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
"Protokol kesehatan tetap harus diperhatikan agar tidak terjadi kenaikan kasus," katanya. 2013 ini, terjadi kerusakan lingkungan dalam satu dekade terakhir di Kabupaten Sintang.
Penurunan daya dukung lingkungan inilah yang memicu terjadinya banjir. Saat Kabupaten Sintang diguyur hujan dengan intensitas tinggi, lingkungan telah beralih fungsi sehingga tidak bisa menyerap air.
"Kami memohon kerja sama merumuskan dan melaksanakan segala upaya untuk mencegah agar banjir seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," katanya.
Selain pemerintah daerah, Suharyanto meminta dukungan pihak lain untuk menyiapkan atau melaksanakan rencana jangka panjang dalam menanggulangi bencana. Seperti komunitas, akademisi, dunia usaha, media massa, hingga masyarakat.
"Kita perlu sinergi dan kolaborasi pentaheliks untuk perbaikan lingkungan secara komprehensif," ucap dia.
Di tengah maraknya bencana alam, Suharyanto mengingatkan pemerintah daerah untuk mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan Covid-19. Terlebih, Indonesia akan memasuki libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.
"Protokol kesehatan tetap harus diperhatikan agar tidak terjadi kenaikan kasus," katanya. [rin]