WAHANANEWS.CO, Bandung - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat upaya pengelolaan sampah dari sumbernya dengan menggandeng masyarakat di setiap wilayah.
Salah satu langkah strategis yang kini disiapkan adalah perekrutan sebanyak 1.597 pendamping pemilah sampah yang akan ditempatkan di seluruh Rukun Warga (RW) se-Kota Bandung.
Baca Juga:
85 Persen Warga Bandung Terhubung Internet, Serangan Siber Capai 1,5 Juta Kali per Bulan
Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Pemkot Bandung dalam mengurangi volume sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, serta mendorong pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan di tingkat akar rumput.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menjelaskan bahwa perekrutan ribuan pendamping ini merupakan bentuk nyata implementasi kebijakan pengurangan sampah sejak dari rumah tangga.
Setiap RW nantinya akan memiliki satu orang pendamping khusus yang bertugas mengawasi, membimbing, dan memastikan proses pemilahan sampah berjalan dengan baik di lingkungan masing-masing.
Baca Juga:
Pendidikan Karakter Siswa SMP Diperluas, Pemkot Libatkan TNI-Polri dan Guru
“Kami sedang menyusun rencana termasuk struktur untuk merekrut 1.597 orang, satu RW satu orang untuk menjadi pendamping pemilahan,” ujar Farhan di Kelurahan Cihapit, Jumat (10/10/2025).
Menurut Farhan, pendamping pemilah akan menjadi ujung tombak perubahan perilaku masyarakat dalam memilah sampah organik dan anorganik.
Ia menegaskan bahwa kebiasaan memilah sampah merupakan kunci utama dalam mengatasi permasalahan yang selama ini membebani sistem persampahan Kota Bandung.
“Secara teori memang ada sepuluh jenis sampah, tapi secara praktik cukup dua dulu, yakni organik dan anorganik. Yang organik tidak akan kita angkut, harus habis di RW,” ungkapnya.
Farhan menambahkan, melalui sistem ini, sampah organik akan diolah langsung di tingkat kelurahan atau RW, baik menjadi kompos maupun pakan maggot, sementara sampah anorganik dapat disalurkan ke bank sampah untuk didaur ulang atau dijual kembali.
“Pusat pengolahannya ada di kelurahan, agar sampah tidak menumpuk di TPS. Jadi setiap kelurahan juga wajib memiliki lahan pengolahan,” katanya.
Pemkot Bandung saat ini mencatat timbulan sampah harian mencapai sekitar 500 ton per hari.
Dari jumlah tersebut, sekitar 190 ton sudah berhasil dikelola langsung di tingkat wilayah, sedangkan sisanya masih dikirim ke TPA Sarimukti.
“Dari data terakhir, volume sampah ke TPA sudah berkurang sekitar 300 ton. Tapi karena ada pengurangan kuota dari provinsi, maka tambahan 300 ton ini harus kita olah bersama di tingkat kota,” ungkap Farhan.
Meski begitu, Pemkot mengakui masih menghadapi tantangan besar, terutama resistensi masyarakat terhadap keberadaan lokasi pengolahan sampah di sekitar tempat tinggal mereka.
Faktor bau dan kenyamanan lingkungan menjadi isu yang kerap muncul.
Farhan menegaskan bahwa keberhasilan program Bandung Bebas Sampah tidak dapat dicapai hanya oleh pemerintah semata, melainkan melalui kerja sama berbagai pihak termasuk kalangan akademisi, komunitas lingkungan, dan masyarakat.
“Kuncinya ada di kolaborasi. Kalau semua RW bergerak, kita bisa kurangi sampah di sumbernya. Target kami, tidak ada lagi sampah yang tersisa di kota. Semua diolah habis di tingkat RW dan kelurahan,” pungkasnya.
Dengan adanya program ini, Pemkot Bandung berharap paradigma pengelolaan sampah dapat berubah dari sekadar membuang menjadi mengolah, serta mendorong partisipasi aktif warga menuju Bandung yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]