WahanaNews.co | Terkait penggusuran Pedagang Kaki Lima di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Melalui Sekretaris Daerah DI Yogyakarta Kadarmanta Baskara Aji mengklaim pedagang kaki lima (PKL) Malioboro yang menjadi target relokasi telah sepakat pindah ke lokasi baru.
Aji menyebut Pemda DIY bersama Pemerintah Kota Yogyakarta dan berbagai paguyuban pedagang telah melakukan pendataan jumlah PKL yang rencananya akan dipindah ke dua tempat baru.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Yogyakarta Berkomitmen Wujudkan Three Zero HIV/AIDS pada Tahun 2030
"Dan alhamdulillah, hari ini semua yang target kami tercatat itu sudah mendaftar ikut relokasi, 100 persen sudah ikut," kata Aji dalam rapat bersama pembahasan relokasi PKL Malioboro di DPRD DIY, Kota Yogyakarta, kemarin.
Aji menyampaikan apresiasi kepada para PKL yang turut mendukung kebijakan Pemda dan Pemkot Yogyakarta. Lagipula, menurutnya, relokasi dimaksudkan guna memberikan legalitas dan kenyamanan berdagang bagi para PKL.
"Saya dapat informasi dari teman-teman di kota, sudah tidak mengeluarkan izin lagi untuk berdagang kaki lima di Malioboro. Kan mesaake (kasihan). Mereka tidak punya ketenangan dalam rangka dagang ini," ujarnya.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Yogyakarta Himbau Masyarakat Waspadai Tawaran Penipuan Terkait CPNS
Pihaknya menjanjikan bantuan pemasaran bagi para PKL yang nantinya berdagang di dua lokasi baru, yaitu bekas Gedung Bioskop Indra, Ngupasan, Gondomanan dan satu lokasi sementara di bekas Kantor Gedung Dinas Pariwisata DIY.
Menurutnya, pemda bakal memberikan kemudahan akses bagi pengunjung untuk menuju ke lokasi sentra PKL baru ini. Mulai dari melengkapi rambu-rambu sampai menambah pintu masuk.
"Karena semua pedagang sepatu di sana (Jalan Mataram) juga kita geser, kita berikan tempat di Indra," katanya.
Libur lebaran tahun ini, kata Aji, rencananya juga dijadikan momentum untuk promosi dan memperkenalkan kedua shelter baru ini.
"Sejak besok lebaran itu orang di seluruh Indonesia itu tahu bahwa tempat belanjanya itu sudah tidak di jalan, tapi di sebuah tempat yang sudah sangat layak dan baik untuk PKL," ujarnya.
Kukuh Desak Tunda
Sementara Ketua Paguyuban Angkringan Malioboro Yati Dimanto merasa tak ada jaminan bahwa kedua lokasi baru ini akan langsung mendatangkan keuntungan ekonomi setara ketika berdagang di lapak lama. Meski dengan bantuan promosi dari pemerintah sekalipun.
"Kita tidak yakin itu," kata Yati saat mendatangi kantor DPRD DIY.
Yati mengungkapkan penundaan relokasi hingga lebaran nanti sangat diharapkan PKL Malioboro. Sebab ekonomi mereka baru bulih usai terimbas pandemi Covid-19.
"Kami kan abis terpuruk saat pandemi dua tahun. Sekarang kan pandemi belum selesai biar kita punya sangu (tabungan) untuk relokasi nanti," katanya.
Yati mangakui kebijakan relokasi membawa kegalauan bagi para PKL sejak pertama kali mengemuka. Musababnya, tak lain adalah kondisi dua lokasi baru para PKL Malioboro.
"Jualan enggak tenteram hatinya, karena pikirannya 'wah saya dipindah di sana, keadaannya di sana seperti itu'. Kita yang biasa cari nafkah di sini kan melihat situasi dan kondisi kan. Bakal laku atau enggaknya," tuturnya.
"Kita adaptasi enggak hanya makan setahun dua tahun lo. Ini yang teman-teman khawatirkan. Sedangkan kebutuhan hidup juga harus dipenuhi," katanya.
Kendati Yati masih bersyukur rekan-rekan pedagang sepaguyubannya semua terdaftar dalam relokasi ini. Jika pun ada yang tercecer pihaknya meminta PKL tersebut agar segera difasilitasi.
Ketua Pansus DPRD Kota Yogyakarta, Foki Ardiyanto mengungkapkan para PKL hanya meminta penundaan sampai lebaran. Menurutnya, alasan penundaan relokasi ini cukup berdasar baginya dengan segala risiko yang ada.
"Jadi bukan ditunda dua-tiga tahun tapi hanya sampai lebaran," ujar Foki.
Di satu sisi, lanjut Foki, PKL menyayangkan proses komunikasi terkait relokasi dari Pemkot Yogyakarta yang terkesan dadakan. Komunikasi baru mereka terima pada pekan pertama Desember 2021 lalu.
"Saat Pansus mengundang eksekutif ke dua lokasi relokasi pun tidak ada tanggapan, baik dari Dinas Kebudayaan maupun Pemkot," katanya. [bay]