Kepala Puskesmas Binanga Jasman yang hadir menyambut baik kolaborasi dari elemen masyarakat, dinas kesehatan dan Puskesmas Binanga dalam rangka meningkatkan literasi gizi masyarakat.
"Memang tantangannya adalah menghentikan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi kental manis sebagai susu, karena memang persepsi yang sudah lama dianggap susu dan menjadi kebiasaan," jelas Jasman.
Baca Juga:
Pemprov Sulbar Gelar Apel Kesiapsiagaan Bencana Antisipasi Hidrometeorologi Saat Pilkada
Selain melakukan sosialisasi, Jasman bersama YAICI dan PC Muslimat NU Mamuju juga melakukan kunjungan ke sejumlah rumah yang memiliki baduta terindikasi stunting.
Berdasarkan penelusuran hasil pengukuran berat badan, terlihat penurunan berat badan mulai terjadi mulai usia 6-8 bulan.
Kondisi ini bila dibiarkan akan berpotensi menjadi stunting. Berdasarkan penuturan ibu, penyebab berat badan anaknya terus mengalami penurunan adalah karena sang anak tidak suka makan.
Baca Juga:
Program Padat Karya UPP Mamuju Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sulawesi Barat
"Anak-anak ini sejak bayi diberi ASI tanpa susu tambahan. Tapi ternyata lepas dari masa ASI ekslusif, berat badannya mulai anjlok bahkan ada yang sudah di garis merah. Ini disebabkan karena pada masa MPASI asupan gizinya tidak cukup, hanya dikasih bubur nasi dan minum protein. Selain itu, kental manis juga masih digunakan sebagai minuman susu untuk anak-anak, rata-rata mulai diberikan sejak usia 1 tahun," ujar Arif menjelaskan hasil kunjungan keluarga.
Lebih lanjut, Arif juga menyayangkan Mamuju yang memiliki hasil laut yang berlimpah namun masyarakat tidak terbiasa mengkonsumsi ikan.
"Di sini memang persoalannya adalah pengetahuan masyarakat akan gizi. Ternyata masyarakat disini tidak paham betul nilai gizi yang terkandung pada ikan, sama seperti masyarakat tidak paham bahwa kental manis tidak bisa mencukupi gizi anak karena proteinnya yang sangat rendah dan gulanya tinggi. Karena itu, edukasi dan pendampingan untuk masyarakat perlu terus dilakukan, karena jika tidak, generasi mendatang tidak akan menjadi generasi emas, namun hanya akan menjadi ledakan penduduk," jelas Arif Hidayat.