WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan warga di wilayah Ambarawa, Kabupaten Semarang, dan Salatiga untuk mewaspadai gempa magnitudo kecil.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa ini merupakan jenis gempa swarm.
Baca Juga:
Masyarakat Pulau Bawean Kembali ke Rumah untuk Mengamankan Barang saat Gempa
Jenis gempa swarm memiliki ciri khas bermagnitudo kecil namun memiliki frekuensi tinggi dan berlangsung dalam periode lama.
"Melihat kejadian yang berlangsung dan data parameter, maka fenomena gempa di Ambarawa dan Salatiga dikategorikan gempa swarm, dimana punya ciri magnitudo kecil tapi frekuensi tinggi dan periodenya lama. Ini kalau terus berlangsung, warga harus waspada khususnya terkait bangunan tempat yang ditinggali. Kalau struktur bangunan lemah maka akan muncul kerusakan seperti yang terjadi di daerah Banyubiru," ujar Daryono.
Pihak BMKG mencatat sudah ada sedikitnya 34 kali gempa di wilayah Ambarawa dan Salatiga sejak Sabtu kemarin hingga Minggu pukul 18.00 WIB.
Baca Juga:
BMKG: Terjadi 29 Gempa Susulan di Pacitan Setelah Gempa Utama M 6,0
"Jadi ini gempa swarm, bukan susulan. Kalau susulan kan ada gempa utama, tapi ini dari pertama sampai yang terakhir karakteristiknya sama, gempa tektonik dangkal. Dari Sabtu kemarin sampai pukul 18.00 WIB saat ini sudah ada 34 kali gempa swarm", jelas Daryono.
Daryono menuturkan, beberapa penyebab gempa swarm antara lain berkaitan dengan transpor fluida, intrusi (terobosan) magma, atau migrasi magma.
Fenomena tersebut menyebabkan terjadinya deformasi batuan yang berada di bawah permukaan zona gunung api.
Tak hanya kegiatan kegunungapian, Daryono menyatakan gempa swarm dapat terjadi di daerah non vulkanik, atau daerah dengan aktivitas tektonik murni.
Swarm dapat terjadi di zona sesar aktif atau kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh dan mudah mengalami retakan, tambahnya.
"Terkait fenomena swarm yang mengguncang Banyubiru, Ambarawa, Salatiga dan sekitarnya ada dugaan jenis swarm tersebut berkaitan dengan fenomena tektonik (tectonic swarm), karena zona ini cukup kompleks berdekatan dengan jalur Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawa Pening dan Sesar Ungaran," kata Daryono kembali.
Gempa swarm yang terjadi di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga, dan sekitarnya ini bukanlah yang pertama kali. Fenomena ini pernah terjadi di Klangon, Madiun pada Juni 2015, Jailolo, Halmahera Barat pada Desember 2015, dan Mamasa, Sulawesi Barat pada November 2018.
Daryono juga menyoroti bahwa sebetulnya gempa swarm ini tidak membahayakan. Walaupun demikian, rumah dengan struktur bangunan yang lemah dapat mengalami kerusakan akibat gempa swarm ini.
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 3 mengguncang Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada pukul 00.32 WIB, Sabtu (23/10). Guncangan ini terasa hingga Ambarawa dan sekitarnya. [rin]