WahanaNews.co | Kabupaten Dogiyai, Papua, masih mencekam, usai rusuh yang
terjadi Kamis (15/7/2021) malam hingga
Jumat (16/7/2021) pagi di Moenamani, Ibu Kota Kabupaten Dogiyai.
Hingga kini, aparat TNI-Polri masih berjaga di Moenamani.
Baca Juga:
Kapolri Apresiasi Anggota Brimob yang Berhasil Bebaskan Pilot Susi Air Korban Penyanderaan KKB
Sebagian warga pendatang memilih
mencari lokasi yang lebih aman ke Nabire, dengan jarak tempuh 8-10 jam
perjalanan lewat transportasi darat.
Amir, salah satu warga Dogiyai yang
saat ini ikut mengungsi ke Nabire, menjelaskan, sebagian
besar warga pendatang di Moenamani sudah berada di Nabire untuk mencari tempat
yang lebih aman.
"Kami menumpang di sejumlah rumah
keluarga dan kenalan dekat, mencari tempat yang lebih aman untuk sementara
waktu. Rata-rata warga pendatang di Moenamani adalah pedagang, sopir, dan ada beberapa yang PNS," jelas Amir, yang memiliki toko kelontong di Moenamani.
Baca Juga:
Tokoh Agama Papua Apresiasi Keberhasilan Ops Damai Cartenz-2024 dalam Menciptakan Kedamaian dan Keamanan Papua
Amir menyebutkan, salah satu warga pendatang kena panah di pinggangnya.
Beruntung, panah berhasil dicabut di
RSUD Nabire, dan saat ini dalam perawatan.
"Kondisi teman saya ini membaik
dan sadar. Semoga kondisi di Moenamani cepat tertangani," jelas Amir,
Sabtu (17/7/2021).
Kronologi Rusuh Dogiyai
Polda Papua merilis kronologi rusuh di
Dogiya berawal dari sekelompok orang pesta miras di runway Bandara Moenamani pada Kamis (15/7/2021) sore.
Lalu, 5 personel Satgas Paskhas yang
dipimpin Serka Wartono menegur kelompok warga itu dan minta keluar dari runway bandara melalui jalan setapak.
Sesaat kemudian, saat personel keluar
dari runway bandara, tiba-tiba
didatangi 20-an orang membawa panah, parang, dan batu, lalu melakukan pengeroyokan kepada 5
Satgas Paskhas.
Dalam kejadian ini, 2 personel Paskhas
mengalami luka dan dibawa ke rumah sakit setempat.
Kedua personel Paskhas yang mengalami
luka itu yakni Didik Prayudi, terkena pukulan menggunakan batu di bagian kepala
atas leher, serta Atok Tri Utomo, mengalami luka kena parang.
Lalu, pada pukul 19.35 WIT, Kamis
(15/7/2021), di lokasi berbeda, massa mulai berkumpul di Kampung Ekimanida,
Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai, serta membakar
bengkel dan warung bakso milik Iwan.
Pukul 21.09 WIT, masyarakat pendatang mulai mengungsi ke pos-pos aparat keamanan
di Kabupaten Dogiyai.
Pukul 22.13 WIT, massa mulai membakar
bangunan dan rumah-rumah milik pendatang di Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai.
Selanjutnya, pada Jumat
(16/7/2021), pukul 04.45 WIT, massa masih melakukan pembakaran di Kampung
Ikabo, serta melakukan penjarahan terhadap isi toko dan bangunan.
Pukul 05.43 WIT, masyarakat mulai
memadamkan api yang ada di Kampung Ikebo dengan menggunakan peralatan seadanya, karena terlihat adanya korban dari kejadian tersebut.
Pukul 06.41 WIT, sebanyak 9 personel
Polsek Kamuu, dipimpin Kapolsek Iptu Mikael Ayomi, tiba di Kampung Ikebo, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai, guna melaksanakan evakuasi jenazah atas nama Hendrik Simatupang, yang tewas terbakar di dalam kiosnya.
"Sedangkan satu orang warga kena
panah bernama Ester Paruka, kena luka panah pada bagian bawah ketiak sebelah
kiri," jelasnya, Sabtu (17/7/2021).
Polda Papua mendata, saat ini, kerugian materil sebanyak 13 rumah warga serta 19 kios
beserta isinya.
"Polres Nabire membantu penyelidikan
kejadian di Dogiyai," kata Kamal.
Kabupaten Dogiyai berada di wilayah
adat Meepago.
Dari Nabire, Kabupaten Dogiyai dapat
ditempuh dengan kendaraan motor ataupun mobil, sebab sudah terhubung dengan
Jalan Trans Papua Nabire-Paniai.
Hanya saja, komunikasi di Kabupaten
Dogiyai masih sulit dilakukan, karena minim sinyal telepon. [qnt]