WahanaNews.co |
Kantor Mal Pelayanan Publik di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dinilai kurang
efektif dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat yang hendak membuat dokumen
pribadinya.
Hal tersebut disuarakan oleh
Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Banyuwangi, Eny Setiyowati, saat berada di Mal Pelayanan
Publik tersebut.
Baca Juga:
Perkuat Ekonomi Indonesia, Srikandi PLN Berikan Pelatihan Single Mom dalam Membangun UMKM
"Kantor Mal Pelayanan Publik
di Banyuwangi, yang selama ini digaung-gaungkan Bupati hingga kementerian,
nyatanya tidak efektif memberikan pelayanan yang ekstra bagi masyarakat,"
katanya, Senin (14/6/2021).
Tidak efektifnya Kantor Mal Pelayanan
Publik itu, di antaranya, banyak masyarakat yang harus bolak-balik dalam
mengurus dokumen pribadinya hingga berhari-hari.
"Pukul 11.30 WIB sudah
ditutup. Setahu saya, istirahat itu pukul 12.00 WIB. Di sini, buka kembali
pukul 13.00 WIB, dan pukul 13.30 WIB sudah ditutup. Kasihan masyarakat yang
rela berangkat subuh, karena jarak tempuh sangat jauh, seperti di Kecamatan
Pesanggaran. Sampai di sini justru disuruh balik besok lagi, karena sudah
tutup. Katanya Mal Pelayanan Publik bisa memberikan pelayanan dalam hitungan
menit, tapi mana?" tanya Eny.
Baca Juga:
Srikandi PLN UID Banten Dukung Program Kelestarian Lingkungan dan SDG's
Tak hanya Mal, program Bupati Ngantor Desa (Bungadesa) pun
menurutnya tidak begitu efektif.
"Saya tidak tahu bagaimana
kinerja PNS pelayanan di Banyuwangi. Program Bungadesa tidak maksimal, karena
banyak yang dari desa masih mendatangi Mal. Katanya bisa lewat smartkampung di desa, bisa dilihat
setelah usainya Bupati Ngantor Desa,
ya kembali lagi seperti semula, masyarakat sulit lagi mendapatkan pelayanan
ekstra," imbuhnya.
Eny berharap, Bupati dan DPRD
Banyuwangi segera melakukan sidak untuk pelayanan di Mal Pelayanan Publik yang
terdapat 199 instansi di dalamnya.
Terpisah, Kasi Kelahiran dan
Kematian Dispendukcapil Kabupaten Banyuwangi, Agus Suprayitno, membenarkan, ada
seorang perempuan yang mendatangi Mal Pelayanan Publik dan berteriak.
"Benar, tadi ada yang
berteriak, saat kita istirahat. Selama ini kita selalu tepat waktu, karena di
masa pandemi, kita pakai sistem gantian, dan mempersingkat waktu. Ketika di
dalam kursi sudah kosong, nomor urut selanjutnya baru masuk dengan menjaga
protokol kesehatan," jelasnya.
Masih kata Agus, orang yang
bolak-balik tersebut mungkin datanya kurang, sehingga harus melengkapi data dan
harus bolak-balik.
"Datanya mungkin kurang, jadi
bolak balik. Kalau semua lengkap, sebenarnya 15 menit sudah selesai,"
pungkasnya. [qnt]