WahanaNews.co | Setelah sekian lama berjibaku, tim gabungan akhirnya berhasil mengangkat semua jenazah rombongan KB-TK Al Azhar yang terkubur longsoran Palalangon di Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Selain mengevakuasi para korban, petugas juga berhasil mengangkat mobil yang ditumpangi korban. Saat ditemukan pada Kamis (24/11), lebih dari separuh mobil tersebut masih terkubur dan nasib para korban dari KB-TK Islam Al-Azhar 18 Cianjur itu belum diketahui.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Pengangkatan baru berhasil dilakukan pada Jumat (25/11) pagi melibatkan sejumlah petugas.
Saat itu diketahui jika semua penumpang masih berada di mobil dan ditemukan dalam kondisi meninggal Ada delapan jasad, termasuk Yanti Mandasari (42), Kepala Taman Kanak-kanak TK Insan Hasanah yang saat ditemukan masih dalam posisi memeluk erat jasad Qinanti (2), putrinya.
"Masih meluk Qinanti di mobil," ujar Agus Gunawan (45), suami Yanti yang sejak Jumat pagi ikut bersama petugas melakukan pengangkatan jenazah para korban. Agus mengatakan, semua korban berhasil diangkat setelah petugas berupaya selama berjam-jam. Agar jenazah bisa diangkat, kata Agus, petugas terpaksa memotong mobil Toyota Avanza yang masih terkubur sebagian itu menjadi beberapa bagian. Setelah badan mobil dipotong, jenazah Yanti dan anaknya baru bisa dievakuasi. "Itu sebabnya, dia jadi yang paling terakhir diangkat," ujar Agus Srikanti (22), kakak Qinanti mengaku masih sempat berkomunikasi dengan ibunya beberapa saat sebelum gempa besar terjadi.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Senin sebelum pukul 12.00 WIB, saya sempat bertanya lokasi ke Mama karena Mamaa update foto bareng adik. Saat itu balasan dari Mama, katanya lagi ada acara sekolah di Sarongge," ujar Srikanti.
Srikanti yang saat itu sedang bekerja di Tangerang kemudian kembali mengirim WhatsApp pada ibunya untuk mengabarkan bahwa ada gempa di Cianjur.
"Pas sudah kejadian gempa saya langsung kontak Mama, tapi sudah tak ada balasan, ceklis satu terus hingga sore. Padahal enggak biasanya Mama begitu," ujarnya.
Karena khawatir, Srikanti pun akhirnya pulang ke Cianjur. "Apalagi ayah juga ngasih kabar, nyuruh saya untuk segera pulang ke Cianjur," kata Srikanti.
Srikanti mengatakan, sejak ada kabar ibunya ikut terkubur bersama rombongan kepala sekolah lainnya di Cugenang, ayahnya tak pernah pulang.
"Ayah terus berada di lokasi longsor hingga jasad Mama dan adik ditemukan hari ini," kata Srikanti.
Selain Yanti dan anaknya, enam korban meninggal lainnya di mobil Avanza B 2628 SKR milik TK Al Azhar itu adalah Kepala TK Perwari, Yayah Rodiah; Kepala TK Kosgoro, Ilis Nurhaeni; Kepala TK Al Azhar, Yeni Siti Rohaeni; seorang guru, Tati Rohayati, dan Kepala TU Al Azhar, Andi Sulaeman.
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto mengatakan, dalam upaya pencarian, kemarin, sebanyak 17 jenazah berhasil ditemukan dan diangkat dari longsoran tebing dan reruntuhan bangunan. Suharyanto mengatakan dengan penemuan 17 jenazah ini, total sudah 310 korban jiwa yang mereka temukan.
Dari 17 korban meninggal yang mereka temukan kemarin, ujar Suharyanto, delapan di antaranya sudah teridentifikasi nama dan alamatnya sebagai warga Cugenang.
Adapun sembilan lainnya diduga adalah mereka yang saat longsor terjadi kebetulan tengah melintas di sana.
Ia mengatakan, tim gabungan masih akan terus menyisir lokasi longsoran tebing ini untuk mencari korban lainnya. "Masih ada 24 warga Cugenang yang masih belum ditemukan," ujarnya.(jef)