WahanaNews.co | Belum lama ini beredar luas foto penampakan yang diduga kota gaib Saranjana, terlihat dalam hasil foto seorang dokter bernama Devi di puncak Bukit Mamake, Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Devi menuturkan, saat dia berfoto di Puncak Bukit Mamake, situasinya sedang turun hujan gerimis. Kemudian, mereka memutuskan turun dari bukit.
Baca Juga:
Polres Simalungun Berhasil Meringkus Pelaku Judi Online di Raya Kahean, Simalungun, Berkat Informasi Masyarakat
Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil, Devi melihat-lihat lagi hasil jepretan suaminya.
Betapa terkejutnya dia melihat foto dirinya berdiri dengan latar bukit yang tampak dari kejauhan seperti cahaya gedung-gedung tinggi layaknya kota modern.
"Loh, ini apa di belakang kok ada kayak gedung-gedung," tanya Devi ke suaminya, dikutip dari TribunJateng, Senin (9/1/2023).
Baca Juga:
Kebakaran Tujuh Rumah di Parapat bermula dari lantai dua rumah makan ayam geprek
Penampakan gedung-gedung misterius itu dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat setempat mengenai adanya kota gaib Saranjana.
Dari kabar yang beredar, ada orang tertentu yang pernah masuk ke kota itu, kota yang tersembunyi dengan jalan raya yang lebar dan rumah megah dengan pagar yang tinggi.
Masyarakat setempat percaya bahwa kisah mengenai kota gaib Saranjana ini juga memiliki gedung pencakar langit dan kendaraan-kendaraan mewah.
Tak hanya itu, disebutkan bahwa kota ini dihuni oleh jin beragama Islam. Ada juga yang menduga bahwa penduduknya adalah manusia yang menggaib.
Tanggapan Ahli
Mengenai asal muasal kata Saranjana, dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Jurusan Sejarah, Mansyur, melakukan analisis dari perspektif historis ilmiah mengenai sejarah Saranjana.
Melalui akun Facebook Sammy 'xnyder Istorya, Mansyur menulis tentang Saranjana dengan tiga versi lokasi menurut hasil penelusurannya.
Pertama, Saranja diduga berada di Kotabaru, Kalimantan Selatan; kedua, di Teluk Tamiang, Pulau Laut; dan ketiga, di sebuh bukit kecil yang terletak di Desa Oka-oka, Kecamatan Pulau Kelautan, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Menurut dia, Saranjana adalah fakta jika dilihat melalui perspektif historis.
Hal ini berdasarkan peta yang dibuat oleh Salomon Muller, naturalis berkebangsaan Jerman, di Heidelberg, dalam petanya berjudul "Kaart van de Kust-en Binnenlanden van Banjermasing behoorende tot de Reize in het zuidelijke gedelte van Borneo" (peta wilayah pesisir dan pedalaman Borneo).
Peta ini dibuat pada tahun 1845 yang mengambarkan bahwa terdapat wilayah yang ditulisnya sebagai Tandjong (Hoek) Serandjana.
Disebutkan, lokasi Tandjong ini terletak di sebelah selatan Pulau Laut, tepatnya berbatasan dengan wilayah Poeloe Kroempoetan (Pulau Kerumputan) dan Poeloe Kidjang.
Salomon Muller dikenal sebagai pembuat peta yang menjabat anggota des Genootschaps en Natuurkundige Komissie in Nederlands Indie yang sudah mendapatkan pelatihan dari Museum Leiden dan sedang melakukan perjalanan penelitian tentang dunia binatang dan tumbuhan di kepulauan Indonesia.
Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah Salomon pernah berkunjung ke Tandjong (Hoek) Serandjana sebelum memetakannya.
Selain itu, Salomon Muller juga tidak pernah menyinggung soal lokasi ini dalam beberapa artikel yang diterbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Sementara itu, peta yang memuat Tandjong (Hoek) Serandjana tersebut pernah dimuat dalam Reizen en onderzoekingen in den Indischen Archipel, seri pertama yang diterbitkan Staatsbibliothek zu Berlin.
Peta ini dibuat 18 tahun sebelum Salomon Müller meninggal dunia pada tahun 1863.
Melansir Kompas.com, Mansyur juga menuliskan sumber lainnya yang memuat tentang Serandjana adalah Pieter Johannes Veth, dalam kamus yang diterbitkan di Amsterdam oleh P.N. van Kampen, tahun 1869.
Dalam kamus yang berjudul "Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten", halaman 252.
Veth menuliskan "Sarandjana, kaap aan de Zuid-Oostzijde van Poeloe Laut, welk eiland aan Borneo's Zuid-Oost punt is gelegen" (Sarandjana, tanjung di sisi selatan Poeloe Laut, yang merupakan pulau yang terletak di bagian tenggara Kalimantan).
Secara terminologi, kalau dikomparasikan dengan kosakata India, "Saranjana" berarti tanah yang diberikan. [eta]