Anak perlu tahu perbedaan antara perasaan dan perilaku. Kalimat ini mengajarkan bahwa marah tidak salah, tapi memukul atau berteriak bukanlah solusi. Orangtua dapat membimbing anak untuk mengatur emosi dengan menarik napas dalam, diam sejenak, atau bercerita tentang perasaannya. Dengan begitu, anak belajar mengendalikan diri tanpa menekan emosi.
3. “Yuk, kita cari solusi bareng-bareng.”
Baca Juga:
Berikut Ini Firasat Hamil Anak Laki-laki yang Sering Dirasakan Seorang Ibu
Banyak orangtua tergoda untuk langsung memperbaiki masalah anak, padahal jika selalu diambil alih, anak tak belajar menghadapi kesulitan sendiri. Dengan mengajak mencari solusi bersama, orangtua menunjukkan dukungan tanpa mengambil kendali, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan berpikir kritis pada anak.
4. “Kamu tadi berani banget, meski hasilnya belum sesuai harapan.”
Kegagalan sering dianggap momok, tapi anak bermental kuat tahu bahwa gagal adalah bagian dari proses belajar. Ucapan ini mengajarkan bahwa keberanian untuk mencoba lebih penting dari hasil akhir. Anak pun tumbuh berani menghadapi tantangan baru tanpa takut salah.
Baca Juga:
Hati-Hati! Ini Ciri-ciri Orang Toxic Parents yang Bisa Merusak Anak
5. “Dari hal ini, apa yang bisa kita pelajari?”
Kalimat reflektif ini membantu anak memandang kesalahan bukan sebagai kegagalan, melainkan sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Dengan pendekatan ini, anak belajar mengembangkan pola pikir berkembang (growth mindset) — bekal penting menghadapi tantangan di masa depan.
6. “Kamu mau menyelesaikan masalahnya, atau mau bicara dulu soal perasaan kamu?”