Dalam pidatonya, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, tetapi juga oleh kesehatan spiritual masyarakatnya.
Ia menilai bahwa sejumlah negara maju dengan tingkat kesejahteraan material tinggi tetap menghadapi kekosongan batin dan persoalan sosial yang rumit, sehingga menunjukkan bahwa kekuatan spiritual tetap menjadi kebutuhan penting.
Baca Juga:
Aisyiyah Diminta Jadi Mitra Strategis Pemkab dalam Pemberdayaan Perempuan
Ia menyebut Jepang sebagai contoh negara modern dan sejahtera yang masih menghadapi tantangan sosial yang tidak sederhana dan berkaitan dengan ketidakpuasan hidup masyarakatnya.
Abdul Mu’ti mengatakan bahwa kini lembaga-lembaga internasional mulai meninjau ulang tolok ukur kesejahteraan manusia dengan menempatkan dimensi sosial dan spiritual sebagai faktor penting selain indikator ekonomi.
Ia menyampaikan bahwa individu dengan pegangan agama yang kuat cenderung menjalani hidup dengan tingkat kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki fondasi spiritual.
Baca Juga:
Arif Budimanta, Ekonom Muhammadiyah dan Mantan Stafsus Presiden Jokowi Tutup Usia
"Ada peningkatan kesadaran spiritual di berbagai wilayah dunia, termasuk di daerah yang sebelumnya dianggap minim sentuhan keagamaan, yang ditandai dengan menurunnya jumlah penganut ateisme dan agnostik," ujarnya.
Karena itu, Abdul Mu’ti menekankan bahwa pendidikan Indonesia harus mampu membentuk generasi masa depan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki moralitas, etika, spiritualitas, dan pemahaman nilai-nilai Al-Quran.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.