WahanaNews.co | Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengajak seluruh pihak meluruskan miskonsepsi, bahwa kemampuan baca, tulis, dan berhitung (calistung) menjadi satu-satunya bukti keberhasilan belajar di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Meski begitu, Nadiem mengatakan, calistung tetap boleh dibangun sejak usia dini.
Nadiem mendorong satuan pendidikan menerapkan pembelajaran yang membangun kemampuan fondasi peserta didik secara holistik.
Baca Juga:
Tiga Mahasiswa Untan Hadirkan Tong Sampah Pintar 'Sampah Ceria' untuk PAUD
Nadiem menekankan, kemampuan yang perlu diajarkan dan dikembangkan di PAUD dan SD kelas awal tidak hanya baca, tulis, dan berhitung (calistung) tetapi juga kematangan emosional, kemampuan berkomunikasi, budi pekerti, dan lain-lain.
“Kita harus berhenti memaknai calistung sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar di PAUD dan syarat penerimaan peserta didik di SD/MI,” kata Nadiem dalam Pernyataan Komitmen Bersama untuk mendukung Gerakan Transisi PAUD ke Sekolah Dasar (SD) yang Menyenangkan, di Jakarta, Rabu (7/06/2023).
Meski begitu, bukan berarti keterampilan calistung tidak boleh dibangun sama sekali di PAUD.
Nadiem menegaskan, keterampilan calistung tetap boleh dibangun di usia dini, namun harus memperhatikan cara dan prosesnya agar tetap menyenangkan.
"Jangan bilang saya melarang calistung ya. Calistung tetap bisa diterapkan di PAUD tapi harus menyenangkan, interaktif. Cara dan proses jadi penting," beber Nadiem.
Sebab menurut Nadiem, calistung tanpa pendekatan yang menyenangkan hanya akan bermuara pada kemampuan anak untuk menghapal huruf dan angka.
Baca Juga:
Pj Bupati Kubu Raya: Mengentaskan Stunting dengan Melibatkan Guru PAUD
Padahal yang diharapkan adalah anak mampu memahami dan mengolah informasi secara kritis.
“Kemampuan literasi dan numerasi harus dibangun dalam cara bertahap dan dengan pendekatan yang menyenangkan,” tambah Nadiem.
Untuk mengubah paradigma dan miskonsepsi yang sudah lama dipercaya oleh masyarakat luas tersebut, dibutuhkan usaha yang keras dan keterlibatan banyak pihak.
Seperti pemerintah daerah (Pemda), satuan pendidikan, Bunda PAUD, serta organisasi mitra, dan yayasan penyelenggara pendidikan.
Beberapa praktik baik yang telah dilakukan dari kolaborasi tersebut adalah dengan membentuk kelompok belajar untuk membantu guru mengubah proses belajar di satuan pendidikan.
Kemudian juga melakukan pertukaran guru PAUD dan SD untuk saling berbagi pengalaman dan praktik baik, dan menyebarkan booklet advokasi untuk mengundang lebih banyak masyarakat yang mengikuti gerakan ini.
Dengan pernyataan komitmen bersama yang telah dicanangkan, Nadiem berharap akan menjadi pengikat kolaborasi semua pihak dalam mewujudkan transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
“Dengan semangat gotong royong, mari kita melahirkan generasi Pelajar Pancasila dengan kemampuan fondasi yang holistik dan kuat, serta terus bergerak serentak mewujudkan Merdeka Belajar,” tutup Nadiem.
[Redaktur: Zahara Sitio]