WahanaNews.co | Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 24 Jakarta menggelar pelepasan dan perpisahan 39 siswa kelas XII angkatan XXXVIII, Tahun Ajaran 2023/2024 di Narita Hotel Tangerang, Provinsi Banten, pada Jumat (28/6/2024).
Dari 39 siswa, 28 berasal dari jurusan teknik kendaraan ringan (TKR) otomotif dan 11 orang lagi jurusan teknik instalasi listrik (TIL).
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Pelepasan sekaligus perpisahan ini menggemakan budaya nusantara yang menciptakan momen emosional yang impresif dan tak terlupakan bagi SMK PGRI 24, juga bagi siswa dan orangtua.
Sejumlah tarian budaya nusantara ditampilkan. Ada tari Jaipong dari daerah Jawa Barat. Tari Ratoeh Jarowe dari Aceh, dan Tari Tortor dari Sumatera Utara dibawakan oleh guru.
Tari Tortor yang dibawakan oleh para guru. (Foto: WahanaNews/Tio)
Baca Juga:
Pj Wali Kota Madiun Resmikan Sekolah Terintegrasi untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan
Vance Hasani, Kepala Sekolah SMK PGRI 24 Jakarta dalam sambutannya berpesan agar siswa yang sudah lulus terus menerapkan sopan santun, disiplin, dan bertanggungjawab di tengah-tengah masyarakat dan keluarga.
“Karena mereka tidak bersekolah lagi di sini setelah ini, maka pesanku juga agar anak-anak tetap menjaga nama baik sekolah,” kata Vance.
Dalam acara itu, pihak sekolah juga memberikan sertifikat penghargaan piagam kepada Yuda Arta Wirawan dan Nuriman, dua orang siswa terbaik SMK PGRI 24 Jakarta dari jurusan teknik instalasi tenaga listrik dan jurusan teknik kendaraan ringan otomotif.
Wali atau orangtua yang ikut hadir sangat antusias mengikuti setiap rangkaian acara.
Lina (40), ibunda Salman Alvado tinggal di Kampung Prepet, Kalideres mengungkapkan kebanggaannya atas kelulusan anak keduanya itu.
Sebagai orangtua, Lina menganjurkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, namun tidak mau karena mau langsung kerja saja.
“Saya anjurkan untuk kuliah tapi anaknya tidak mau karena pengen ikut kerja dengan bapaknya di bidang perumahan,” ungkapnya.
Senada juga diungkapkan Dwi (41), ibunda Aditya Hartono yang tinggal di Rawa Buaya, Cengkareng.
“Alhamdulilah senang ya. Ada sedih juga karena banyak suka dukanya kalau anak pertamanya itu bercerita,” kata Dwi.
Setelah lulus, Dwi berpesan agar anaknya pertama harus rajin sholat, dan mengenai karirnya biarlah nanti dia sendiri yang memilih sesuai kemauannya termasuk memilih pendidikan lanjutan.
Kepada pihak sekolah, Dwi mengungkapkan agar terus meningkatkan kinerja para guru dalam mengajar dan mendidik anak-anak.
[Redaktur: Zahara Sitio]