"Dunia artis, dia tidak punya waktu akan di kelas. Dunia atau para milenial yang sedang bekerja pun dia tidak punya waktu juga di dalam kelas, dan dia ingin mendapatkan pendidikan yang terbaik tetapi bagaimana pendidikan tanpa di kelas," jelas dia.
Dia mengatakan, perguruan tinggi yang masih menerapkan pola pembelajaran konvensional perlahan akan ditinggalkan peminat. Hal itu bisa dibandingkan juga dengan tutupnya banyak mal-mal besar yang sebelumnya terkenal menjual barang branded, kini berubah menjadi bisnis kuliner.
Baca Juga:
Jadi Narsum di RRI Gunungsitoli, Mahasiswa UNIAS Bahas Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 5.0
"Semua berpindah pada kuliner. Sehingga tempat mal dijadikan tempat entertain semua, untuk muatan service yang lain. Jangan sampai kampus di perguruan tinggi ke depan itu juga seperti itu. Kampus akan jadi museum, jangan sampai terjadi,” katanya.
“Nanti jangan sampai terjadi, Oo di sini loh berdiri universitas A, lah sekarang mahasiswanya udah nggak ada," sambungnya.
Untuk mengantisipasi itu, dia menyarankan agar seluruh PT bisa menyiapkan lulusan berdaya saing. Di mana lulusan demikian bisa didapat jika saat berkuliah terus digembleng upskilling dan reskillingnya.
Baca Juga:
Pemanfaatan Teknologi Bidang Industri Pertambangan di Era 5.0
"Kita harus mengantisipasi ini, yaitu di dalam kaitan dengan upskilling dan reskilling. Mendekatkan dengan skill-skill yang ada, dan reskilling," imbuhnya.
Dia juga meyakini, bahwa pola pembelajaran yang diterapkan UT akan menjadi kiblat bagi kampus di seluruh Indonesia setidaknya pada 5 tahun mendatang. Karena pada saat itu, banyak perguruan tinggi konvensional yang tutup karena sepinya peminat.
"Mudah-mudahan UT ini akan menjadi pemimpin di masa depan yang lebih baik," jelasnya.