Faktor lain adalah pelatihan guru yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui Platform Merdeka Mengajar disertai adanya materi pembelajaran secara daring dan hibrida (hybrid).
Terobosan yang tak kalah penting adalah pemberlakuan Kurikulum Darurat yang menyederhanakan materi kurikulum agar guru dapat fokus pada pembelajaran yang lebih mendalam terutama untuk penguatan literasi dan numerasi peserta didik.
Baca Juga:
Kemendikbudristek Siap Identifikasi 9 Kerangka Tentara Jepang Korban PD II di Biak
Menurut Nadiem, penyederhanaan materi kurikulum efektif memitigasi learning loss karena sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat mengalami satu bulan learning loss dibanding lima bulan di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 secara penuh.
Penyederhanaan materi itu menjadi prinsip utama dalam merancang Kurikulum Merdeka yakni mengurangi materi wajib di berbagai mata pelajaran agar guru mempunyai waktu lebih untuk menggunakan pembelajaran yang mendalam, interaktif, dan berbasis projek.
Kurikulum Merdeka mendukung guru melakukan asesmen diagnostik dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tiap murid.
Baca Juga:
Kemen PPPA Lakukan Bimtek Bagi SDM Pengelola PISA
“Buku-buku teks Kurikulum Merdeka juga memuat lebih banyak aktivitas yang dirancang mengasah daya nalar sehingga pembelajaran tidak lagi berorientasi pada penyampaian materi tapi mengasah kompetensi dan karakter murid,” katanya.
Sebagai informasi, Indonesia mengikuti PISA sejak pertama kali diselenggarakan pada 2000 sehingga memberi kesempatan untuk memantau kualitas pendidikannya dari waktu ke waktu dan membandingkannya dengan negara lain.
PISA sendiri diselenggarakan setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun.