Setelah kehadiran buku dan pensil, Maulup kecil mulai belajar tulisan tangan bersambung dan miring. Dasar memiliki talenta, tulisan tangan Maulup berkembang oleh kehadiran buku halus kasar dan pena. Perlahan tapi pasti, di bimbing guru sekaligus Kepala Sekolah, Mara Jidun Lubis, Maulup kecil menjadi seorang penulis tangan yang indah, rapi, dan bagus.
Sebagai seorang pemilik tulisan tangan rapi dan bagus, kepercayaan diri Maulup semakin tinggi. Ia terus mengembangkan bakat yang dibawa sejak lahir itu, hingga masuk Madrasah Tsanawiyah. 3 tahun mengenyam pendidikan di satuan pendidikan setingkat SMP ini, tulisan tangan Maulup semakin berbeda dengan teman-teman sekolah lainnya.
Baca Juga:
Masinton Pasaribu Polisikan Wakil Ketua DPRD Tapteng Soal Tuduhan Kancing Baju Copot
Tahun 1971, Maulup Simanjuntak dipercaya menjadi tenaga pendidik di salah satu Sekolah Dasar yang ada di daerahnya. Dua tahun berselang, yakni pada tahun 1973, ia didapuk menjadi guru Paket A. Tulisan Maulup semakin berwarna oleh rutinitasnya sebagai seorang guru yang setiap hari menulis di papan tulis.
Tidak mengherankan, akibat memiliki tulisan tangan indah, penulisan dokumen sekolah, diserahkan sepenuhnya kepada Maulup. Belum adanya komputer dan masih langkanya mesin ketik, membuat ayah 4 anak ini semakin leluasa mengkreasikan goresan-goresan penanya.
"Jangankan komputer, mesin ketik saja saat itu sangat langka. Makanya, untuk membuat formulir isian, kadang kita buat dengan tulisan tangan," kata Maulup, sembari menyeruput kopi hitam yang ada diatas mejanya.
Baca Juga:
Sempat "Dibegal" KPU Tapteng, Peluang Masinton-Mahmud Ikuti Kontestasi Pilkada 2024 Terbuka Kembali
Setelah diangkat menjadi PNS tahun 1986, dokumen-dokumen penting sekolah termasuk penulisan ijazah, menjadi tugas Maulup. Sebagai sosok yang hobby menulis, tugas ekstra yang diberikan bukan menjadi sebuah beban baginya. Walau tidak ada imbalan khusus, Maulup enjoy bahkan bangga atas kepercayaan yang diberikan.
Kepiawaian Maulup menggores mata pena diatas kertas bahkan daun lontar sekalipun, membuat namanya terkenal di daerahnya. Satu persatu satu, orderan penulisan blanko ijazah dan DANEM menghampiri. Hingga pensiun dari PNS dan sampai saat ini aktivitas tersebut masih ia lakoni.
Sambil menghela nafas panjang, Maulup mengaku jika keahliannya menulis tangan indah, tidak dibarengi dengan kesuksesannya melahirkan generasi baru. Salah satu tokoh pemrakarsa Provinsi Tapanuli pada tahun 1977 ini menilai, tidak dibiasakannya lagi siswa menulis pada buku halus kasar, menjadi faktor lain punahnya calligrapher-calligrapher sejati.