Di tempat yang sama, Kepala SMPN 229 Jakarta Gunawan Ahmad mengatakan, kegiatan P5 ini memang sudah menjadi program guru-guru di sekolah.
“Jadi ini memang project ketiga yang memang dilaksanakan oleh SMP Negeri 229, khususnya kelas 7 berkreasi membuat sabun mandi, kemudian sabun cuci piring,” ujar Gunawan.
Baca Juga:
Kemendikbudristek: Kurikulum Merdeka Siap Jadi Kurikulum Nasional pada 2024
Ia menambahkan dalam project 2, anak-anak mulai berlatih bagaimana memelihara yang disebut Budidamber atau budidaya ikan dalam ember. Kemudian lanjut ke project 3, terakhir selebrasinya project tentang budaya lokal yaitu Betawi.
Lebih lanjut Gunawan menjelaskan di project selebrasi ini anak-anak dilatih untuk berkreasi mulai dari membuat kerajinan lokal budaya betawi melalui barang berkas, kemudian berlatih kesenian betawi yang tadi ditampilkan beberapa kelas, seperti lenong Betawi.
Walaupun dengan waktu yang sangat terbatas, ternyata mereka bisa menampilkan kreasi yang luar biasa.
Baca Juga:
Mengenal Kurikulum Pendidikan Indonesia dari Masa ke Masa
“Inilah bedanya kurikulum merdeka dengan kurikulum 2013, karena anak tidak perlu belajar di dalam kelas. Tetapi anak-anak 30 persen waktunya digunakan untuk berbagai project dan berkreasi selama satu semester,” tambahnya.
Berbagai project dilaksanakan melalui kolaborasi dengan seluruh bidang studi mulai dari pendidikan agama, hingga prakarya.
“Saya pribadi sangat salut dengan Bapak Nadiem Makarim karena sudah membuat terobosan-terobosan untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Apalagi di kurikulum ini sudah sangat jelas ada kolaborasi dari dunia usaha, orangtua, dan pihak sekolah tentunya,” tutup Gunawan.