“Dari sisi pangan daerah kita memang aman-aman saja. Bahkan surplus,” papar Pathul.
Hanya saja, kalau tidak ada langkah antisipasi dini, maka bisa saja menjadi daerah krisis pangan. Apalagi, saat MotoGP Maret lalu, jumlah konsumsi beras menembus angka 100 ribu ton.
Baca Juga:
KPK Lempar Wacana Koruptor Tak Usah Dikasih Makan
“Itu baru MotoGP, belum event-event dunia lainnya,” tandas Ketua DPD Partai Gerindra Loteng tersebut.
Dia menekankan, intinya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan warga Loteng harus diimbangi dengan keberlanjutan lahan-lahan pertanian. Terutama lahan pertanian produktif.
Senada dikatakan Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Loteng Taufikurrahman Pua Note. Dia menambahkan, alih fungsi lahan pertanian tidak dirasakan diperkotaan, tapi menyasar di setiap pedesaan. Dari pembangunan rumah, pembangunan infrastruktur jalan, kantor, gedung dan yang paling marak pembangunan perumahan.
Baca Juga:
APUK Dairi Gelar Talkshow Peran Perempuan dalam Keberlanjutan SDA dan Pameran Produk Lokal
“Kita akan tetapkan ada 37 ribu ha lahan pertanian yang dijadikan lahan berkelanjutan,” terang Arman.
Artinya, lahan-lahan itu tidak boleh dibangun apa-apa. Kecuali, dijadikan lahan pertanian. Kompensasinya, para petani dan warga pada umumnya akan menerima bantuan. Baik pupuk gratis, alat-alat pertanian hingga bantuan sosial lainnya.
“Secara rinci akan tertuang dalam regulasi yang segera kita susun,” pungkasnya. [qnt]