Langkah ini memungkinkan jalur transmisi Pangkalan Brandan–Langsa kembali dioperasikan dengan standar keamanan yang terjaga.
"Dalam prosesnya, pembangunan tower darurat ini dilakukan di tengah kondisi lapangan yang menantang, mulai dari akses lokasi yang terbatas, kontur medan yang labil pascabencana, hingga curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan genangan air dan lumpur yang ekstrem," jelas Darmawan.
Baca Juga:
Tower SUTT Roboh Akibat Banjir, PLN-TNI Bersinergi Percepat Perbaikan Jaringan Aceh
Ia melanjutkan, setelah jaringan transmisi berhasil dipulihkan dan dinyatakan aman, PLN langsung melanjutkan proses pengoperasian kembali pembangkit listrik, khususnya PLTU Nagan Raya.
Tahapan ini menjadi kunci agar sistem kelistrikan Aceh dapat pulih secara bertahap dan stabil.
Untuk mencapai pengoperasian yang optimal, diperlukan waktu sekitar 48 jam yang mencakup proses pemanasan unit, sinkronisasi dengan sistem interkoneksi, serta pengujian kinerja pembangkit.
Baca Juga:
PLN Minta Maaf, Pemulihan Listrik Aceh Terhambat Kerusakan Masif Pascabencana
Seluruh tahapan tersebut wajib dilalui sebelum beban listrik ditingkatkan, guna mencegah potensi gangguan lanjutan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo (tengah), Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Edwin Nugraha Putra (kanan) dan Direktur Teknologi, Engineering dan Keberlanjutan PLN, E. Haryadi (kiri) ketika memastikan langsung proses pembangunan tower darurat sebagai upaya pemulihan interkoneksi listrik Sumatra-Aceh pascabencana di Aceh Tamiang.
“Pemulihan kelistrikan harus dilakukan berurutan. Setelah interkoneksi aman, kami masuk ke pengoperasian pembangkit agar pasokan yang dihasilkan benar-benar optimal dan dapat menopang sistem secara andal,” tegasnya.