Mantan pejabat Bank Dunia ini menuturkan, kondisi perekonomian diperparah oleh ketegangan politik akibat perang. Menurut Sri, harga pangan dan energi naik secara signifikan. Kenaikan itu kemudian mendorong inflasi yang tinggi di banyak negara maju.
Sri Mulyani mencontohkan inflasi di negara Eropa yang biasanya 0% kini justru naik. Demikian pula di Jepang yang biasanya mengalami inflasi rendah bahkan deflasi, kini harus berhadapan dengan inflasi yang tinggi.
Baca Juga:
Wamenkeu Suahasil: Sektor Keuangan Jadi Game Changer Pembangunan Indonesia
"Dengan adanya kombinasi kenaikan harga pangan dan energi dan disrupsi rantai pasok, inflasi terjadi di berbagai negara maju," kata Sri Mulyani.
Tak hanya itu, lanjutnya, kenaikan harga-harga itu direspons dengan kenaikan suku bunga oleh bank sentral negara-negara maju. Ia menyebut, kenaikannya tidak kecil, tapi hingga 500 basis poin dan dalam periode yang cukup lama. Kondisi yang kerap disebut higher for longer itu berimbas kepada negara berkembang, seperti Indonesia.
Menurut Sri Mulyani, suku bunga menjadi seperti vacuum cleaner yang menyedot modal-modal asing keluar dari negara berkembang.
Baca Juga:
Selenggarakan Forum Bakohumas, Kemenkeu Tekankan Langkah-langkah Pengelolaan Anggaran Jelang Akhir Tahun
"Modal cenderung keluar, karena suku bunga seperti menyedot kapital itu dari negara berkembang dan emerging, ini yang menyebabkan negara berkembang mengalami tekanan mata uang dan banyak yang kondisi fiskalnya tidak sehat," papar Sri.
Sri Mulyani mengatakan, dalam kondisi dunia yang tidak baik-baik saja ini dibutuhkan konsolidasi yang kuat antar Kementerian dan lembaga di dalam negeri. Menurutnya, Kementerian ATR/BPN yang dipimpin AHY dapat mengambil peran yang penting karena berkaitan langsung dengan investasi dan perekonomian.
"Saya yakin ini waktu yang penting untuk konsolidasi, saya diminta memaparkan kondisi perekonomian dan bagaimana APBN dapat mendukung berbagai kebijakan di bidang agraria dan tata ruang yang merupakan salah satu kunci dalam investasi, perekonomian dan keadilan masyarakat," tutur Sri.