Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan anggaran subsidi BBM dan energi bisa membengkak lebih dari Rp700 triliun hingga akhir 2022 jika pemerintah tidak menaikkan harga dan membatasi konsumsi BBM subsidi.
"Kami perkirakan subsidi itu harus nambah lagi, bahkan bisa mencapai Rp198 triliun di atas Rp502 triliun. Nambah, kalau kita tidak menaikkan BBM, kalau tidak dilakukan apa apa, tidak ada pembatasan, tidak ada apa apa, maka Rp502 triliun nggak akan cukup," ujarnya ditemui usai Rapat dengan Badan Anggaran, Agustus 2022 lalu.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Atas dasar itu, pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi mulai 3 September 2022. BBM jenis Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter, Solar dibanderol Rp 6.800 per liter dari sebelumnya Rp 5.150 per liter, dan harga Pertamax menjadi 14.500 per liter dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.
Namun, belakangan harga minyak dunia yang sempat melesat ke atas US$100 berangsur turun. Hal itu dipicu salah satunya oleh meningkatnya kekhawatiran pasar atas potensi melemahnya permintaan seiring lesunya pertumbuhan ekonomi sejumlah negara, termasuk China; importir minyak terbesar dunia.
Karena itulah, pemerintah dan Pertamina memutuskan untuk menurunkan harga BBM jenis pertamax.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan penurunan harga tidak dilakukan ke pertalite dan solar. Pasalnya, BBM besarnya subsidi yang ditanggung negara.
"Khusus Solar dan Pertalite harganya tetap. Kenapa? Karena ini yang disubsidi pemerintah dan besar sekali subsidinya," kata Nicke. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.